Jakarta bisa menderita kerugian senilai 200 miliar dollar AS atau ekuivalen dengan Rp 2.381 triliun pada tahun 2050 mendatang, bila kota ini tidak melakukan pencegahan komprehensif mengatasi "kebocoran" air laut, dan amblasnya permukaan tanah.
Prediksi kerugian tersebut diungkapkan Kepala Sub Direktorat Perkotaan Ditjen Tata Ruang Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Eko Budi Kurniawan saat menjadi pembicara dalam diskusi "Pengembangan Lahan untuk Pembangunan Jakarta", Senin (7/7).
"Tahun 2050, Jakarta kami prediksi bakal tenggelam. Air laut akan menerobos masuk dan sampai pusat kota jika Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan masyarakat tidak melakukan apa pun untuk mencegahnya," kata Eko.
Eko melanjutkan, kalau terjadi kebocoran, air laut bisa sampai tengah kota. "Bayangkan berapa kerugiannya. Kami memprediksi kerugiannya akan mencapai 200 miliar dollar AS (Rp 2.381 triliun). Itu belum termasuk 1,5 juta lapangan kerja yang hilang, dan masyarakat yang harus pindah. Itu masalah yang sangat besar jika tidak ditangani," papar Eko.
Menurut dia, ketinggian air laut tiap tahun meningkat. Di sisi lain, permukaan tanah amblas lebih cepat dari ketinggian air laut.
"Penurunan tanah per tahun tergantung lokasi, paling tinggi yang diukur sekitar 14 cm sampai 14,5 cm pertahun. Tapi, Ada lokasi lain yang mengalami penurunan lebih dalam. Kalau dipukul rata, penurunan terjadi sedalam 7,5 cm per tahun. Di Pluit termasuk paling cepat," ungkap Eko.