Sebuah trik sederhana dari rekayasa genetika mengubah ganggang betina Volvox carteri untuk memproduksi sperma, dan sebaliknya — yang jantan menghasilkan sel telur.
Proses ganggang transgender ini mengungkap bagaimana awal terbentuknya dua jenis kelamin.
"Yang cukup mengejutkan kami, melihat evolusi satu gen tunggal secara berangsur telah menciptakan ruang untuk ikut mempengaruhi perbedaan jenis kelamin," kata pimpinan tim penulis penelitian James Umen, pakar biologi dari Danforth Plant Science Center, Washington University di St Louis.
Pada penelitian yang hasilnya dipublikasikan di PLOS Biology 8 Juli tersebut, tim menggunakan ganggang Volvox yang diubah dari sel-tunggal menjadi sel-banyak.
Saat pertama kehidupan di muka Bumi berlangsung—jangankan ada jenis kelamin berbeda yang disebut jantan atau betina—hanya ada organisme sel-tunggal. Pada perkembangannya, barulah kebanyakan organisme tumbuh dari satu sel menjadi banyak sel.
Peralihan ke multiseluleritas ini terjadi bukan hanya sekali, melainkan kira-kira lusinan kali. Tiap kali itu terjadi, kata Umen, nantinya bentuk-bentuk kehidupan multiseluler baru telah menavigasi berbagai kompleksitas baru, termasuk kemampuan untuk reproduksi.
Lantas ia menjelaskan mengapa reproduksi seksual berjalan seiring dengan multiseluleritas. Organisme bersel tunggal (uniseluler) umumnya bereproduksi dengan membelah diri. Organisme multiseluler tidak bisa demikian. Maka, dalam transisi organisme multiseluler akan meninggalkan reproduksi aseksual menuju cara reproduksi yang lebih kompleks.
Sekarang para ilmuwan memiliki informasi lebih lanjut tentang bagaimana kedua jenis kelamin berkembang dalam satu kelompok organisme. Diharapkan bisa berguna untuk dapat memahami lebih banyak tentang evolusi dari jenis kelamin di seluruh kehidupan.