Pelaksanaan uji coba jalan berbayar atau electronic road pricing (ERP) yang dilakukan Dinas Perhubungan DKI Jakarta dimulai pada Selasa (15/7) sore. Hasilnya, mobil yang dipasangi on-board unit (OBU) langsung terdeteksi gantry yang terpasang di Jalan Jenderal Sudirman.
Berdasarkan pantauan Kompas.com, Ahlberg Johan selaku Sales Director Asia Pasific Co Ltd Kapsch, sekitar pukul 14.50 WIB, memasangkan OBU dari dalam mobil Dinas Perhubungan. Johan menempelkan penyangga OBU di kaca depan mobil Dishub. Kemudian, ia memasang alat pendeteksi tersebut di penyangga OBU. Tiga OBU yang dipasang itu akan terdeteksi oleh gantry atau gerbang ERP.
Sebanyak empat pasang lampu biru sudah menyala di gantry. Tiga titik tanda pendeteksi terdapat di Jalan Jenderal Sudirman. Letaknya 20 meter dari gantry. Pendeteksi itu berada di gantry, mulai dari kamera, inframerah, hingga sensor. Jarak antara tanda pendeteksi satu dan yang lain sekitar 5 meter.
"Ketiga pendeteksi itu yang akan menangkap pelat nomor dan alat pendeteksi yang ada di dalam mobil," kata Jamot Sirait, Senior General Manager PT Alita Praya Mitra, di pelataran Panin Bank, Jakarta Pusat. Tiga puluh menit kemudian, ketiga mobil Dishub DKI itu melewati gantry. Lantas, identitas mobil pun terbaca dari gantry.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta M Akbar menyaksikan langsung dari ruang demo yang menjadi tempat display sensor mobil dan motor yang terbaca oleh sistem, di halaman parkir Panin Bank. Akbar terlihat serius menanyakan dan menatap layar hasil deteksi tiga mobil Dishub DKI tersebut.
"Hari ini baru saja kita uji coba peralatan yang ada di gantry. Ada kamera, sensor, dan ada pembaca OBU. OBU yang dideteksi bisa dibaca di gantry itu," kata Akbar.
Akbar mengatakan, hasil dari pantauan menunjukkan bahwa sudah ada mobil yang terdeteksi. Alat itu, kata Akbar, dapat membaca identitas kendaraan secara langsung ketika di gantry, serta memunculkan nomor OBU, tanggal, dan waktu kendaraan tersebut melintas.
"Sudah terlihat, mobil yang dipasangi OBU terdeteksi oleh alat di gantry," kata Akbar.
Akbar menyatakan, uji coba kali ini hanya untuk peralatan gantry. Uji coba sensor ini untuk memastikan apakah alat berfungsi dengan baik dalam mendeteksi jenis kendaraan yang melintas sekaligus dapat menghitung jumlah mobil, motor, dan bus setiap waktunya.
Mengurai macet
Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) Edi Nursalam yakin kemacetan di Jakarta akan terurai apabila penerapan jalan berbayar ini jadi diterapkan. Edi mengatakan sudah banyak kota di dunia yang berhasil mengatasi kemacetan dengan menerapkan ERP, seperti Singapura dan London.
"Untuk efektif mengurangi kemacetan beberapa negara seperti Singapura, Inggris yaitu London sudah menerapkan sistem ERP. Itu terbukti bisa memaksa orang untuk menggunakan angkutan umum," kata Edi saat dihubungi, Rabu (16/7).
Edi juga menjelaskan bahwa penerapan ERP akan dapat menaikkan pendapatan daerah karena pemasukan yang masuk dari setiap kendaraan yang melintasi gerbang elektronik ERP bisa masuk dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan itu diharapkan bisa membantu mensubsidi perbaikan serta pengadaan transportasi umum.
"Penerapan ERP bisa mengurangi kemacetan dan memaksa orang untuk menggunakan angkutan umum. Apalagi, tarif akan mengikuti kepadatan di jalur ERP. Semakin padat kendaraan, maka semakin tinggi pula tarif yang akan dikenakan," jelasnya.
Dishub sendiri menargetkan ERP dapat menekan kemacetan 25 sampai 30 persen. Menurut Akbar, angka itu dipatok berdasarkan pengalaman ERP di beberapa negara.