Perbedaan Hasil Hitung Cepat Dapat Terjadi Lantaran Metodologi Statistik yang Berbeda

By , Rabu, 16 Juli 2014 | 11:45 WIB

Peneliti Asep Saefuddin mengatakan, hasil hitung cepat atau quick count Pilpres 2014 yang dilakukan lembaga survei seharusnya tidak memiliki perbedaan signifikan. Perbedaan hasil quick count dapat terjadi jika metodologi statistik yang digunakan surveyor berbeda.

"Jika statistik quick count dilakukan dengan metode yang benar, maka hasilnya tidak akan jauh berbeda. Saya bisa pastikan hasilnya homogen," kata Asep saat diskusi di Formappi, Selasa (15/7).

Perbedaan, kata dia, biasanya hanya terletak pada margin of error. Selebihnya, hasil hitung cepat tidak akan terdapat perbedaan signifikan jika objek yang diteliti sama.

"Jika quick count ini dilakukan dengan metode statistik yang benar, maka 12 lembaga yang melakukan quick count tidak ada perbedaan. Mungkin perbedaannya hanya berada pada margin of erorr," ujar mantan peneliti Lingkaran Survei Indonesia itu.

Meski demikian, kata Asep, tak jarang lembaga survei telah menggunakan metodologi statistik yang benar, tetapi terpaksa menayangkan hasil yang berbeda. Menurut dia, hal itu biasanya terjadi karena lembaga survei ingin memuaskan pihak yang telah membayar mereka.

Pasca-pemungutan suara 9 Juli 2014, ada 12 lembaga survei yang merilis hasil hitung cepatnya. Delapan lembaga menunjukkan hasil yang tak jauh berbeda, di mana pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla unggul dibandingkan rivalnya, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Sementara, empat lembaga lainnya menunjukkan hasil berbeda, Prabowo-Hatta mengungguli Jokowi-JK. Hasil resmi penghitungan suara akan diumumkan Komisi Pemilihan Umum pada 22 Juli mendatang.