Kejadian jatuhnya MH17 ini membangkitkan memori mengenai kecelakaan penerbangan sejenis di era awal Soviet.
Malaysia Airlines MH17 mengangkut sebanyak 280 penumpang serta 15 kru saat jatuh dalam perjalanan dari Amsterdam menuju Kuala Lumpur. Para pejabat Amerika Serikat memastikan pesawat itu jatuh karena tembakan rudal dari darat ke udara, meski belum dapat dipastikan siapa penembak pesawat itu.
Kabar yang beredar mengatakan pesawat Malaysia Airlines ini ditembak jatuh oleh rudal, mirip dengan insiden Korean Airlines tiga dekade lalu.
Pada 1 September 1983, sebuah pesawat Korean Airlines Boeing 747-230B bernomor penerbangan KAL 007 hampir menyelesaikan penerbangannya dengan rute New York (AS) - Seoul (Korsel), ketika ditembak di atas Semenanjung Kamchatka, area dataran luas yang letaknya di sebelah selatan pesisir Pasifik Rusia, berbatasan dengan 2 lautan yaitu Laut Okhotsk dan Samudra Pasifik.
Waktu itu, pesawat tersebut telah menarik perhatian radar Uni Soviet. Pilot KAL 007, yang tidak menyadari mereka menyimpang arah melintas di atas beberapa basis militer Uni Soviet yang paling sensitif, tak urung menghindari tembakan jet tempur Soviet, kemudian jatuh di Laut Okhatsk.
Kecelakaan menewaskan seluruh penumpang yang berjumlah 269 orang (termasuk seorang anggota Kongres Amerika Serikat). Hingga kini merupakan kecelakaan pesawat terbesar dalam sejarah Korea Selatan. Kecelakaan ini juga merupakan salah satu momen Perang Dingin yang paling panas.