Perang darat besar-besaran antara Israel dengan Palestina terakhir kali terjadi pada akhir 2008 hingga akhir 2009. Saat itu, 1.400-an warga Palestina tewas sementara di pihak Israel ada 13 orang tewas.
Dan pada hari ini, Jumat (18/7), Israel memulai serangan darat di Gaza setelah 10 hari sebelumnya melancarkan serangan udara.
Kamis (17/7) lalu, Israel mengumumkan akan segera memulai serangan darat ke Gaza, Palestina, setelah 10 hari serangan udara memakai pesawat tempur dan Angkatan Laut untuk menghentikan serangan roket militan Hamas ke wilayah Israel.
Pernyataan dari Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan sudah ada perintah untuk menghancurkan terowongan yang digali pejuang Palestina untuk menyusup ke Israel.
Juru Bicara pihak militer Israel mengatakan, pasukan negaranya tak sedang mencoba menggulingkan dominasi Hamas di Gaza. Menurut pernyataan itu, tujuan semacam itu mengharuskan serangan ke kawasan padat penduduk di Gaza City yang akan mahal bagi kedua belah pihak.
Seorang juru bicara Hamas di Gaza sebelumnya sempat mengatakan "Israel akan membayar sebuah harga yang mahal" karena meluncurkan serangan darat, dan bahwa gerakan Islam Palestina "siap berkonfrontasi".
Pemimpin Hamas, Khaled Meshaal, mengatakan dari pengasingannya di Doha, Jumat (18/7), bahwa serangan darat Israel di Gaza telah ditakdirkan untuk gagal. "Apa yang gagal diraih penjajah Israel melalui serangan udara dan laut akan gagal juga diraih dengan serangan darat. Serangan darat itu pasti akan gagal," kata Meshaal.
Meshaal juga mengatakan, Hamas punya tuntutan yang jelas—antara lain mengakhiri agresi dan hukuman kolektif terhadap rakyat kami di Gaza dan di Tepi Barat, serta pencabutan pengepungan Gaza.
Dia menegaskan, "Sumber masalah terletak pada pendudukan Israel dan pembangunan permukiman." Juga "rakyat Palestina bertekad untuk menyingkirkan Israel, cepat atau lambat." Namun, dia tidak menjelaskan bagaimana hal itu akan dilakukan.