Nasib Beruang Kutub Juga Terancam

By , Jumat, 18 Juli 2014 | 20:00 WIB

Ahli ekologi di American Museum of Natural History di New York City, Linda J. Gormezano, menyatakan bahwa beruang kutub harus bertahan dengan makanan yang berasal dari daratan selama enam bulan akibat perubahan iklim. Peneliti lainnya telah menjelaskan bahwa dengan berkurangnya air es dan menurunnya populasi anjing laut, hewan-hewan berbulu putih ini akan menghadapi kepunahan di tahun 2020. Saat ini ada kurang dari 1.000 beruang di Teluk Hudson barat—di luar populasi global yang sebanyak 25.000 individu.

Beruang kutub tidak banyak berkegiatan selama ia di daratan, termasuk makan. Mereka hanya tidur dan menghemat tenaga sebelum teluk membeku. Namun dengan perubahan iklim, lautan es tak bertahan lama.

Beruang-beruang ini muncul di darat, rata-rata, tiga minggu lebih awal dari tahun 1980-an, menurut Gormezano. Dan di akhir 2060-an, Teluk Hudson barat bisa terbebas dari es selama enam bulan.

Pada tahun 2010, ahli ekologi Peter Molnar, yang sekarang di Princeton University, bersama rekan-rekannya menganalisis kebutuhan energi beruang kutub. Mereka menyatakan bahwa enam bulan tanpa makanan akan membunuh hingga 48 persen beruang kutub jantan, yang akan mengakibatkan jatuhnya angka populasi tersebut. Tapi analisis ini diasumsikan bahwa beruang tidak makan apa-apa di darat.

Analisisnya berdasarkan kotoran beruang kutub dan pengamatan perilaku menunjukkan bahwa beruang makan banyak makanan yang berada di darat, termasuk angsa salju dan telurnya, serta karibu.