Perdana Menteri Irak Nouri Al-Maliki hari Minggu (20/7) mengutuk kelompok ekstrimis "Negara Islam Irak Suriah dan Sekitarnya" (ISIS) yang menarget warga Kristen di wilayah yang dikuasainya, dengan mengatakan kelompok itu menjadi ancaman terhadap warisan yang sudah berabad-abad usianya milik masyarakat minoritas itu.
Pernyataan Nouri Al Maliki itu disampaikan sehari setelah berakhirnya tenggat yang ditetapkan ISIS terhadap warga Kristen di kota Mosul yang dikuasainya, supaya pindah agama ke Islam, membayar pajak atau menghadapi hukuman mati. Sebagian besar warga Kristen memilih mengungsi ke daerah di dekat Mosul yang dikuasai Kurdi atau daerah-daerah lain yang dijaga oleh pasukan keamanan Kurdi.
Di Vatikan, Paus Fransiskus—dalam misa hari Minggu—menyampaikan keprihatinannya atas nasib warga Kristen di Mosul dan mendoakan mereka yang "dituntut, dikejar dan dipaksa meninggalkan rumah tanpa kemungkinan membawa barang-barang apapun". (Baca juga ISIS Ultimatum Keluarga Kristen Irak)
Warga kota Mosul mengatakan para pejuang kelompok ISIS itu juga mulai menduduki gereja dan rumah warga Kristen yang meninggalkan kota itu.
Tindakan ISIS itu merupakan interpretasi hukum Islam yang keras dan diupayakan untuk diberlakukan oleh kelompok yang menguasai Irak dan sebagian Suriah itu.
Di Mosul, kelompok ekstrimis itu telah melarang alkohol dan air minum dari pipa, juga gambar-gambar iklan yang menunjukkan wajah perempuan di jalan. Pelanggar akan dikenai sanksi yang keras.