O... Batavia yang indah, yang telah menyihirku.Di sana alun-alun kota dengan arca bangunannya yang megah menyibak keagunganmu!Betapa sempurnanya kau!Kanal-kanalmu yang luas dengan air jernih yang mengalir, terbangun dengan sangat indah.Tak ada kota tandinganmu di Belanda.
Petikan sajak berusia hampir 300 tahun di atas adalah gubahan Jan de Marre, seorang pelaut dan penyair kongsi dagang Hindia Belanda atau yang lebih dikenal dengan VOC. De Marre, yang berasal 11.000 kilometer jauhnya dari Batavia, mencurahkan cinta matinya terhadap kota tersebut.
Ya, cikal bakal Jakarta modern itu pada zaman De Marre adalah mutiara yang sanggup meluluhkan hati siapa pun yang mengunjunginya. Meski kondisi Batavia saat ini sudah jauhh dari apa yang digambarkan De Marre, sisa-sisa keelokannya masih bisa kita nikmati di daerah yang disebut Kota Tua Jakarta dengan Taman Fatahillah dan Museum Sejarah Jakarta sebagai ikon.
Namun, Kota Tua sesungguhnya bukan cuma itu saja. "Kawasan Kota Tua terbentang seluas 864 hektare yang terbagi dalam lima zona," kata anggota staf Seksi Pengembangan Unit Pengelola Kawasan (UPK) Kota Tua Jakarta, Ario Wicaksono, Jumat (18/7).
Taman Fatahillah dan wilayah sekitarnya hanyalah salah satu bagian di dalam zona kawsan pusat Kota Lama.
Sebanyak empat zona lainnya adalah kawasan Pecinan, kawsan perkampungan multietnis (Pekojan), kawasan pusat bisnis (Glodok dan sekitarnya), serta kawasan Sunda Kelapa.
(Baca juga: Betawi, Folklor Unik Pribumi)
Di kawasan Sunda Kelapa itulah titik nol Batavia tertancapkan. Daerah itu menyimpan jejak-jejak tertua yang menandai sejarah awal pembangunan dan pengembangan Batavia. Di antara yang masih bisa disaksikan, selain Pelabuhan Sunda Kelapa, adalah Museum Bahari, Galangan VOC, dan Menara Syahbandar.
Menara Syahbandar berdiri menjulang 15 meter. Awalnya didirikan tahun 1640, menara itu dibangun ulang pada 1839 yang bertahan hingga kini.
"Pernah ada ahli dari Belanda yang meneliti di sini dan menemukan bahwa menara ini adalah titik nolnya Kota Batavia," ungkap pemandu Museum Bahari, Marury.