Arsitek di seluruh dunia kini mulai memandang bambu sebagai material tangguh, lentur, dan serbaguna. Tidak hanya arsitek-arsitek yang berasal dari Asia, arsitek dari berbagai belahan dunia lain pun mulai menggunakannya. Sebagai contoh, arsitek Simon Velez telah membangun tiga struktur eksperimental di Domaine de Boisbuchet, Prancis.Sebenarnya, itu bukan hal aneh. Bambu tidak hanya tumbuh di Asia. Velez, yang berasal dari Kolombia, sudah mengenal bambu dari tanah kelahirannya. Seperti dikutip Dezeen, Velez pun sudah menyebut bambu sebagai "vegetable steel". "Saya lahir di Manizales, sebuah area di mana terdapat banyak bambu yang melimpah. Ini adalah fitur utama dari lanskap. Area tersebut juga merupakan daerah penghasil kopi. Dahulu, orang kaya dan miskin membangun dengan bambu. Namun, setelah beton muncul, hanya penduduk yang sangat miskin terus menggunakannya. Karena itu, bambu terikat stigma kemiskinan," ujar Velez. Secara khusus, Velez menggunakan bambu besar berjenis guadua yang berasal dari Kolombia. Bambu ini, menurut dia, tumbuh sekitar 12 cm per hari. Karena itu, bambu ideal digunakan sebagai material pembuat berbagai bangunan.Semula Velez tertarik menggunakan bahan alami ini karena permintaan seorang klien. Sekitar 30 tahun lalu, sang klien secara spesifik meminta Velez menggunakan bambu. Padahal, sang arsitek belum pernah menggunakan bahan ini sebelumnya. Menariknya, Velez tidak hanya sekadar membangun menggunakan bambu, atau memanfaatkan bambu sebagai ornamen. "Saya menemukan bahwa menyuntikkan semen cair ke dalam bambu di titik di mana saya akan membuat sambungan, kemudian memasukkan plat besi dan sekrup, saya bisa membuat titik sambungan efisien. Dari sana, bambu bagi saya menjadi vegetable steel. Saya telah menemukan kekuatan ikatan tarik untuk bambu yang belum pernah tercapai sebelumnya," pungkasnya.