Presiden Taiwan Ma Ying-jeou menyatakan bahwa tragedi jatuhnya pesawat maskapai berbiaya murah TransAsia, di Taipei, Rabu (23/7), sebagai hari yang menyedihkan dalam sejarah penerbangan di negara tersebut.
"Semua rakyat Taiwan merasakan kesedihan. Kami akan memberikan dukungan dan bantuan kepada semua korban yang selamat dan juga keluarga dari korban yang tewas," ujar Presiden Ma dalam sebuah pernyataan.
"Presiden Ma Ying-jeou sangat sedih. Telah menginstruksikan pihak terkait untuk memberikan klarifikasi terhadap kasus ini secepatnya," demikian disampaikan dalam pernyataan tersebut.
Sementara itu, Perdana Menteri Jiang Yi-huah mengatakan, militer juga akan membantu pencarian para korban.
Tayangan di televisi lokal menunjukkan keresahan para keluarga dan kerabat para penumpang TransAsia di konter TransAsia di Bandara Kaohsiung.
Presiden TransAsia Airways tampak membungkukkan badan di depan kamera televisi untuk menyampaikan permintaan maafnya atas tragedi ini.
Seorang petugas TransAsia mengatakan, pilot dari pesawat yang jatuh setelah gagal melakukan pendaratan darurat itu adalah Lee Yi-liang (60), dengan kopilot Chiang Kuan-hsin (39). Akumulasi jam terbang keduanya mencapai 20.000 jam.
Setidaknya 40 orang diyakini tewas. Pesawat TransAsia Airways itu mengangkut 58 orang, termasuk empat awak pesawat. Pesawat jatuh di dekat bandara di Kepulauan Penghu, pesisir barat Taiwan.
Kepala Administrasi Aeronautika Taiwan Jean Shen mengatakan, TransAsia Airways dengan nomor penerbangan GE222 membatalkan pendaratan darurat di Pulau Magong, kawasan Penghu.
Setelah gagal melakukan pendaratan, pilot meminta izin kepada menara pengawas untuk berputar-putar.
Namun, pesawat ATR 72 itu kemudian kehilangan kontak dengan menara pengawas Bandara Magong sekitar pukul 19.00 waktu setempat.
Penyebab jatuhnya pesawat sampai saat ini belum diketahui. Namun, Taiwan diterjang topan Matmo sehingga banyak instansi terpaksa menghentikan aktivitas.