Separatis Ukraina Bantah Miliki Sistem Misil BUK

By , Kamis, 24 Juli 2014 | 14:40 WIB

Pemimpin kubu pemberontak pro-Rusia di Ukraina mengatakan kepada BBC bantahan bahwa pasukan mereka tidak memiliki sistem misil BUK SA-11 buatan Rusia yang diduga digunakan untuk menjatuhkan pesawat Malaysia Airlines MH17.

Alexander Borodai, Perdana Menteri Republik Rakyat Donetsk (DPR), mengatakan bahwa bukti yang merujuk bahwa mereka memiliki misil adalah "palsu".

"Tidak, kami tidak punya BUK. Tidak ada BUK di area," katanya.

Sebelumnya, tim penyidik Barat mengatakan bahwa senjata itu digunakan untuk menembak jatuh pesawat penumpang MH17. Borodai juga membantah tuduhan yang mengatakan bahwa kelompoknya telah mengabaikan jenazah-jenazah korban.

Dia mengatakan bahwa pengamat internasional dari Organisasi Keamanan dan Kerja Sama Eropa (OSCE) awalnya meminta mereka membiarkan jenazah-jenazah itu agar dikumpulkan oleh para ahli.

"Jadi kami menunggu satu hari. Kami menunggu di hari kedua, hari ketiga. Tidak ada ahli yang datang. Jadi, untuk membiarkan jenazah di sana dengan suhu 30 derajat Celsius adalah hal yang absurd. "Sangat tidak manusiawi. Tempat ini seperti film horor," katanya.

Juru bicara OSCE Michael Bociurkiw membantah jika mereka menyuruh pemberontak untuk tidak memindahkan jenazah.

Dia mengatakan kepada BBC, "Hal ini tidak konsisten dengan mandat kami untuk memberitahu orang-orang apa yang harus dilakukan. Kami di sini untuk memantau, mengamati dan dan melaporkan."

Sementara itu, para penyidik Inggris mulai memeriksa rekaman data penerbangan dari pesawat Malaysia Airlines yang ditembak jatuh di Ukraina pekan lalu. Mereka akan mencoba mengambil data dari kotak hitam setelah adanya permintaan dari otoritas di Belanda.

Dewan Keamanan Belanda, yang memimpin penyelidikan, mengatakan "data yang valid" telah diunduh dari perekam suara kokpit (VCR) MH17 yang nantinya akan dianalisa.

Mereka mengatakan: "CVR rusak tetapi modul memori masih utuh. Tidak ada bukti atau indikasi manipulasi CVR yang ditemukan."

Kotak hitam sudah dikirim ke Inggris setelah pemberontak pro-Rusia menyerahkannya ke otoritas Malaysia pekan ini. Kotak hitam terdiri dari perekam data yang memiliki informasi teknis pesawat dan kotak kedua merekam suara pilot dan kemungkinan ledakan.