Filosofi Cicak dan Empat Payudara

By , Kamis, 24 November 2016 | 15:00 WIB

“Bapak-bapak dan Ibu-ibu tahu arti ornamen cicak di rumah tradisional itu?” tanya seorang pemandu wisata kepada rombongan wisatawan yang beliau pandu, sambil tangannya menunjuk sebuah ornamen di rumah tradisional di Huta Siallagan, Ambarita, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatra Utara. Saya langsung teringat dengan ornamen cicak di Tugu Perbatasan Kota Pematang Siantar ketika menuju Pulau Samosir. Ornamen yang membuat saya bertanya-tanya “ada apa dengan cicak?”

“Bapak-bapak dan Ibu-ibu tahu empat buah benda seperti gunung atau bukit di depan cicak itu?” sang pemandu bertanya kembali. Rupanya saya melewatkan penjelasan lanjutan tentang ornamen cicak dari pemandu wisata tadi karena lebih fokus untuk mencari tempat mengambil gambar. “Empat buah benda itu adalah payudara,” ujar pemandu itu. Namun, penjelasan tentang arti empat payudara di hadapan cicak ini juga tidak bisa saya dengarkan dengan saksama. Kali ini karena ingin mencari tahu ornamen yang dimaksud oleh si pemandu.

Huta hanya memiliki satu pintu gerbang. Huta Siallagan artinya Kampung Siallagan, yang warganya merupakan marga Siallagan. (Warsono/National Geographic Indonesia)

Huta adalah kampung tradisional suku Batak yang dikelilingi oleh benteng dan pohon bambu di atas benteng untuk menghalangi musuh masuk ke dalam kampung. Huta hanya memiliki satu pintu gerbang. Huta Siallagan artinya Kampung Siallagan, yang warganya merupakan marga Siallagan.

Di dalam huta ini masih terdapat beberapa rumah tradisional yang disebut "bolon" dan lumbung yang disebut "sopo". Letak bolon dan sopo saling berhadapan dan dipisahkan oleh halaman luas untuk tempat berkegiatan warganya.  Salah satu rumah bolon di kampung ini digunakan sebagai museum, di rumah inilah ornamen cicak yang menghadap empat payudara itu berada.

Batu persidangan yang terdapat di Huta Siallagan. Dahulu para pencuri atau mata-mata dari kampung lain yang tertangkap diadili di sini. (Warsono/National Geographic Indonesia)

Penasaran dengan arti dari ornamen tersebut, saya lalu menghampiri Iwan, pria paruh baya yang menjadi pemandu rombongan kami. “Oh, kalau filosofi cicak dan empat payudara itu begini,” ujarnya memulai penjelasan. “Cicak kan hewan yang bisa hidup di mana saja, mudah beradaptasi, artinya generasi Batak harus keluar daerah untuk mencari peruntungan dan dapat hidup di mana saja,” ucapnya.

“Nah, kalau empat payudara melambangkan kesuburan, cicak yang menghadap payudara melambangkan generasi Batak yang keluar kampung harus ingat ibu yang sudah melahirkan dan kampung halamannya,” beliau menutup penjelasannya.

Perjalanan kami ke Samosir termasuk dalam rangkaian penugasan bertajuk Inspirasi Pendidikan Negeri, kerjasama National Geographic Indonesia dan Samsung Indonesia, guna menyebarluaskan dan melestarikan wawasan kekayaan alam dan budaya Nusantara.