Setelah beberapa tahun bereksperimen di kebunnya di Berry Springs, ia memutuskan untuk mengembangkan sesuatu yang lebih baik. "Ini adalah jenis yang gampang sekali berbunga," kata dia.
"Saya berpikir untuk memberinya nama 'Malibu' karena ada rasa kelapanya."
Skliros mengatakan, pengembangan Malibu sudah berjalan tiga sampai empat tahun, dan pada tahun-tahun awal, ia sulit memprediksi hasil dari perkawinan silang itu.
"Bentuknya agak panjang karena salah satu induknya adalah jenis Irwin, yang berwarna merah dan bentuknya panjang," katanya.
Induk yang satunya lagi adalah jenis Kensington Pride, yang banyak ditanam oleh petani karena besar-besar dan rasanya enak.
Skliros mengatakan, memang ada kemungkinan bahwa konsumen menjadi bingung jika jenis yang tersedia di pasar terlalu banyak. Akan tetapi, ia melihat bahwa perkawinan silang merupakan suatu kemajuan bagi kaum petani. "Banyak orang mencari jenis baru dan yang tidak tersedia di pasar," kata dia.
"Seperti juga buah-buahan yang lain, apel misalnya. Kalau kita ke supermarket, kita lihat beberapa jenis apel dan selalu muncul jenis yang baru."
Menurut Skliros, tujuan dari eksperimen perkawinan silang bukan hanya menciptakan mangga yang rasanya lebih enak dan penampilannya lebih bagus, melainkan juga lebih praktis bagi petani. "Lebih mudah dipetik dan menguntungkan secara ekonomi bagi petani," ujar dia.
Skliros mengatakan, ia masih butuh waktu dua sampai tiga tahun lagi untuk memproduksi mangga rasa kelapa tersebut dalam skala siap jual.