Sutra laba-laba ringan dan fleksibel, lebih kuat dari besi berkualitas tinggi. Bahan ini berpotensi berkembang di berbagai bidang, di antaranya benang jahitan bedah hingga baju pelindung militer. Namun, mengumpulkan laba-laba yang cukup untuk mendapatkan bahan alami dalam jumlah besar ini merupakan tantangan tersendiri.
Kraig Biocraft Laboratories, yang berbasis di Lansing, Michigan, yang bekerja dalam rekayasa genetika ulat sutra untuk menghasilkan sutra laba-laba, dan telah membuat sarung tangan yang akan segera menjalani tes kekuatan. Sutra itu sendiri, di lingkungan alam, memiliki sifat unik. Tahukah Anda jaring laba-laba bisa mencegat rudal? Bayangkan apa jadinya jika tercipta rompi antipeluru, rompi yang lebih modern daripada rompi Kevlar yang padat.
Teknik kimia
Kim Thompson, CEO Kraig Biocraft Laboratories, telah mengerjakan gagasan ini selama 10 tahun, karena ia melihat perusahaan lain mencoba (tetapi gagal) untuk membuat baja berbahan sutra. Ia mengatakan bahwa proyek-proyek yang lalu, termasuk salah satu yang menggunakan susu kambing untuk meningkatkan kemampuan sutra laba-laba, masih kekurangan bahan utama, yaitu pengulangan. Sebaliknya, jika salah satu ulat bisa direkayasa genetika untuk membuat sutra laba-laba, keturunannya bisa membawa sifat itu selamanya, kata Thompson. Tidak seperti laba-laba, ulat sutera dapat merakit protein sutra yang sudah digunakan untuk produksi serat sutra untuk pakaian.
Bagaimana cara ilmuwan kerja dalam rekayasa genetika ini? Pertama, ilmuwan mengambil urutan DNA laba-laba, penekanan pada protein yang menghasilkan sutra laba-laba. Protein adalah molekul yang dibangun dari asam amino yang melakukan fungsi dalam sel, seperti penyembuhan luka. Protein tersebut dimodifikasi, kemudian di"kode"kan secara kimia untuk memiliki saklar nyala dan mati. Ketika ulat mencapai titik tertentu dalam perkembangannya, protein tersebut 'menyala' dan ulat siap untuk memutar sutra.
Benang murah
Setelah produksi berjalan, Thompson memperkirakan harga sutra ini kurang dari $150 per kilogramnya. Target pertama adalah konsumen sutra, perkiraan Thompson pendapatannya bisa mencapai $5 miliar per tahun, di seluruh dunia. Pakaian berbahan sutra yang lebih kuat ini akan tersedia di tahun 2015. Namun, untuk keperluan rompi militer, Thompson belum dapat memastikan ketersediaannya rompi antipeluru modern ini.
"Langkah pertama adalah dengan menyediakan bahan yang lebih kuat daripada sutra," kata Thompson.