Rencana pengiriman pasukan militer internasional untuk mengamankan lokasi jatuhnya pesawat milik maskapai Malaysia Airlines MH17 di Ukraina bagian timur adalah hal yang tidak realistis, kata Perdana Menteri Belanda Mark Rutte.
Hingga kini, belum ada penyelidikan menyeluruh di wilayah jatuhnya MH17 dan sejumlah jenazah masih belum dipindahkan.
Pasalnya, area itu sekarang masih dikuasai kelompok separatis pro-Rusia yang dituduh menembak jatuh pesawat tersebut.
Sejumlah pakar dari Belanda Klikbatal berkunjung pada Minggu (27/7) karena masih terjadi sejumlah bentrokan di sana. Sebanyak 13 orang tewas dalam bentrokan terbaru saat tentara mencoba mengambil alih kawasan Horlivka dari pemberontak.
Komunitas internasional kini sedang mencoba mencari cara untuk membuat wilayah itu aman.
Namun, Rutte mengatakan, "Melibatkan militer untuk misi internasional di daerah ini, menurut kesimpulan kami, tidak realistis". Sebab, lanjutnya, akan dinilai sebagai sebuah provokasi oleh kelompok separatis yang bisa membuat situasi tidak stabil.
Rutte mengatakan segala opsi sudah dipikirkan. Belanda, Australia, dan Malaysia juga sedang mempertimbangkan operasi bersama.
Jatuhnya pesawat MH17 menewaskan 298 orang mayoritas berkebangsaan Belanda.
Kaum pemberontak melarang para wartawan untuk datang ke lokasi dan pasukan Ukraina diminta untuk siaga di dekat lokasi, kata wartawan BBC Tom Burridge.
Sejauh ini baru ada 227 peti mati yang dikirim ke Belanda untuk diidentifikasi.