Misteri berubahnya warna air Sungai Singkawang menjadi pink atau merah jambu hingga Senin (4/8) ini, belum terungkap. Warna air yang biasanya cokelat cenderung hitam pekat dan berbau tak sedap, berubah menjadi pink. Keanehan ini sudah terjadi satu minggu terakhir.
Penelusuran di lokasi siang ini, warna air mulai berubah sejak dari kompleks Pasar Baru Singkawang, hingga Pasar Kuala sepanjang kurang lebih 2 kilometer. Warna air yang pekat terlihat sangat jelas jika dilihat dari jembatan di Jalan Pasar Turi, Jalan Setia Budi, Jalan Budi Utomo, dan Jembatan Agen di Jalan Merdeka.
Namun sejauh pengamatan di lokasi itu, belum ada tanda-tanda sumber yang menyebabkan air Sungai Singkawang berubah warna.
Sebelumnya diberitakan Sekretaris Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Singkawang, Karyadi mengatakan, pihaknya belum mengetahui pasti apa yang menyebabkan warna Sungai Singkawang berwarna pink. Juga belum bisa memastikan, apakah itu berbahaya bagi warga atau tidak. "Kita tetap mengimbau masyarakat untuk tidak menggunakan air warna pink tersebut, bahkan sebisa mungkin jangan sampai bersentuhan dengan kulit," ujarnya.
Alfa, warga yang tinggal di bantaran sungai pun mengaku tidak tahu apa penyebab air sungai bisa berubah warna. Alfa merasa khawatir dengan dampak negatif yang ditimbulkan dari perubahan warna tersebut.
"Selama ini belum pernah terjadi, agak khawatir juga kita, bisa saja ini menimbulkan penyakit," ujar Alfa.
Warga lainnya yang tinggal di bantaran sungai berharap supaya pihak yang berwenang bisa mengecek dan turun langsung ke lapangan. "Harus ditelusuri, ini tanggung jawab siapa. Kemungkinan mengandung zat berbahaya," ujar warga tersebut.
Sementara itu, Kepala Seksi Pencegahan Dan Kesiapsiagaan Bencana BPBD Kota Singkawang, Jayadi mengatakan, kondisi air Sungai Singkawang sudah di atas ambang normal. "Seharusnya dari dinas tekait turun tangan. Tapi sejauh ini penanganan teknis belum muncul dari pihak terkait," ujar Jayadi.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Singkawang, Libertus Merep mengaku masih belum berani berasumsi apakah perubahan warna air sungai itu berbahaya atau tidak.
"Sejauh ini kita masih melakukan pemantau, namun belum menelitinya. Kita terkendala tidak adanya perangkat laboratorium. Jadi kita masih menduga, jika itu limbah. Tapi kita belum bisa pastikan limbah apa, yang jelas asumsi dasar kita terjadinya warna pink itu karena limbah", ujar Libertus.
Libertus menegaskan, kemungkinan berubahnya warna air sungai bukan karena fenomena alam. Pihaknya juga akan menguji secara khusus kandungan unsur senyawa kimia apa saja yang menyebabkan warna pink tersebut.
"Uji laboratorium membutuhkan waktu sekitar dua minggu, karena harus dibawa ke laboratorium khusus lingkungan hidup yang terakreditasi. Waktu yang dibutuhkan memang lama, karena harus antre, dan laboratorium itu hanya ada di Pontianak," ujar Libertus.