Sebuah laporan terbaru menyebut bahwa orang berjanggut dilarang naik bus di Xinjiang, Tiongkok.
Sebuah kota di wilayah Xinjiang, Tiongkok, yang penduduknya umumnya Muslim melarang orang-orang berjanggut lebat atau berpakaian Islami bepergian dengan bus umum, kata media pemerintah. Larangan tersebut memicu kemarahan dari sebuah kelompok hak asasi di luar negeri, Rabu (6/8).
Harian Karamay Daily melaporkan bahwa pihak berwenang di Karamay melarang orang-orang yang memakai jilbab, niqab, burqa, atau pakaian dengan simbol bintang dan bulan sabit Islam untuk naik bus lokal.
Larangan itu juga berlaku bagi mereka yang "berjanggut lebat", kata harian tersebut. "Mereka yang tidak mau bekerja sama dengan tim inspeksi akan ditangani polisi," tambah laporan itu.
Larangan di Karamay itu diberlakukan selama kompetisi olahraga yang akan berakhir pada 20 Agustus, kata laporan itu
Xinjiang, wilayah kaya sumber daya alam yang berbatasan dengan Asia Tengah, merupakan tempat tinggal sebagian besar kaum Muslim Uighur yang merupakan kelompok minoritas di Tiongkok. Wilayah itu telah dilanda gelombang bentrokan antara penduduk setempat dan pasukan keamanan. Bentrokan telah menewaskan ratusan orang tahun lalu.
Pemerintah Tiongkok telah menyatakan bahwa sejumlah serangan mematikan terhadap warga sipil di luar daerah Xinjiang dalam beberapa bulan terakhir dilakukan "teroris" yang mengupayakan kemerdekaan untuk wilayah tersebut.
Kelompok HAM mengatakan, pembatasan kebebasan beragama dan budaya di Uighur telah memicu ketegangan. Bulan lalu, Tiongkok memberlakukan larangan untuk melakukan puasa Ramadan bagi mahasiswa dan staf pemerintah. Para pejabat juga mencoba untuk mendorong penduduk setempat di Xinjiang tidak memakai jilbab.
Pembatasan di Karamay merupakan "langkah-langkah diskriminatif yang khas ... yang menambah konfrontasi antara Uighur dan Beijing," kata Dilxat Raxit, juru bicara Kongres Uighur Dunia (WUC) di pengasingan, dalam sebuah pernyataan kepada AFP.
Media pemerintah Tiongkok, hari Minggu lalu, mengatakan bahwa hampir 100 orang, termasuk 59 "teroris", tewas dalam serangan di Xinjiang pada pekan lalu. Laporan tersebut muncul beberapa hari setelah kepala masjid yang ditunjuk pemerintah di sebuah masjid terbesar di Tiongkok yang terletak di kota Kashgar tewas dibunuh seusai salat subuh.
Tiongkok mengumumkan penindakan keras terhadap terorisme selama setahun setelah serangan bom mematikan di ibu kota Xinjiang, Urumqi, pada Mei, dan ratusan orang yang dituduh teroris telah ditangkap. Keamanan angkutan umum pun telah diperketat.
Pihak berwenang di Urumqi bulan lalu melarang penumpang bus membawa berbagai jenis barang termasuk pemantik rokok dan yogurt.