Positif, Ikan yang Mati di Aceh Jaya Akibat Keracunan

By , Kamis, 7 Agustus 2014 | 15:30 WIB

Ribuan ikan yang mati di sepanjang sungai dari Krueng Meriam, Pidie hingga Krueng Teunom, Aceh Jaya, positif karena keracunan.

Penjelasan ini disampaikan langsung Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh, Raihannah, sesudah sampel ikan-ikan itu diuji di Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syah Kuala (Unsyiah).

Ciri-ciri ikan yang mati adalah hatinya bengkak, jaringan kulit mengalami pendarahan. “Kondisi ikan yang demikian disimpulkan mati karena keracunan. Jika dikonsumsi menyebabkan gatal dan bila digaruk akan meresap ke otot dan menyebar ke seluruh tubuh,” kata Raihanah, seperti dikutip Harian Serambi Indonesia, Rabu, (6/8).

Gubernur Aceh Zaini Abdullah, Selasa kemarin menegaskan, matinya ribuan ikan ini tidak boleh dibiarkan. “Ini masalah serius. Masyarakat hendaknya tidak lagi menambang emas tanpa izin,” kata Zaini di hadapan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah.

Sebelumnya, Pemerintah Aceh telah memberlakukan moratorium tambang tertama pada galian emas dan bijih besi. Hal ini sebagai bentuk komitmen Pemerintah Aceh dalam menjaga lingkungan yang di beberapa lokasi telah rusak, terlebih pertambangan yang menggunakan merkuri.

Kepala DKP Aceh Jaya Ridwan Yusuf secara terpisah mengatakan, pihaknya telah mengimbau warga di Aceh Jaya untuk sementara waktu menghentikan kegiatan di sungai. Pasalnya beberapa warga Teunom yang mengonsumsi ikan tersebut mengalami mual, pusing, hingga muntah. Sungai di sana sentral bagi masyarakat. Selain dipakai untuk mandi dan mencuci, masyarakat juga mengambilnya untuk minum. (Baca di: Krueng Teunom Tidak Lagi Sehat)

Direktur Walhi Aceh Muhammad Nur menilai, aktivitas pertambangan di Geumpang yang dekat  daerah aliran sungai menjadi persoalan serius. Sungai merupakan sumber rezeki masyarakat, pembuangan limbah tambang yang bersinggungan langsung dengan air yang dikonsumsi warga merupakan kesalahan besar. “Terlebih, menggunakan merkuri sebagai cairan pemisah emas,” ucapnya.

Persoalan lingkungan hidup bukan saja tentang alam, tapi juga manusia. “Masyarakat dan pemerintah diharapkan memikirkan bersama kelestarian alam dan tidak merusak alam demi kepentingan sesaat,” jelas Muhammad Nur.

Ribuan ikan mati di aliran sungai di Pidie hingga Aceh Jaya, Aceh, sejak 26 Juli. Ikan-ikan itu mengapung terbawa arus sungai. Warnanya putih pucat, insang pecah, daging pecah, sisik memerah, mata bengkak, dan kelamin di perut melepuh. 

Imum Mukim Leutung, Kemukiman Mane, Pidie, Sulaiman menyebutkan, pertambangan di Geumpang, diduga tidak hanya menggunakan merkuri. Karbon, soda, obat tetes hingga beberapa cairan berbahaya lainnya juga dipakai. “Mereka pakai sianida, protas, kostik dan tetes,” ujarnya.