Merajut Kembali Sayap Kunci Kehidupan Kita

By , Sabtu, 9 Agustus 2014 | 20:30 WIB

Kupu-kupu merupakan mata rantai pertama dalam ekosistem, karena menjadi sumber pakan pertama dalam mata rantai makanan. Adanya kupu-kupu akan memancing satwa lain datang sehingga meningkatkan keragaman hayati. Dengan demikian, hutan yang monokultur tidak mampu menyediakan kebutuhan hidup kupu-kupu.

Direktur Yayasan Sahabat Alam, yang mengelola Taman Kupu-kupu Gita Persada, Lampung, Herawati Soekardi menyatakan, rehabilitasi hutan yang cenderung monokultur membuat hutan menjadi kosong. "Ada pohonnya, tapi tidak ada apa-apa di bisa dalamnya," katanya.

Untuk menyemarakkan hutan, yang menjadi salah satu kunci kehidupan kita, itulah bisa dilakukan dengan pengelolaan habitat mikro. Upaya rekayasa habitat dilakukan dengan menanam berbagai jenis tanaman inang dan tanaman pakan bagi kupu.

Pengelola Taman Kupu-kupu Gita Persada Martinus ikut menimpali, "Konservasi di halaman rumah itu sangat berguna bagi kupu- kupu. Siapapun bisa turut melestarikan kupu-kupu di halaman rumah." Caranya? Di tingkat lokal, ada tanaman setempat yang dimakan larva dan kupu-kupunya. "Itulah yang kita buru dan diteliti. Kita lihat tempat bertelur, kalau perlu kita tunggu untuk membuktikan. Setelah itu, kita tanam tumbuhan inangnya."

Menurut Martinus, rekayasa habitat bisa dilakukan dengan menanam berbagai jenis tanaman inang dan tanaman pakan bagi kupu-kupu. Taman Kupu-kupu bersama dengan PT Pertamina (Persero) telah menanam 10 ribu tanaman yang disukai kupu-kupu di kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman.

Direktur Yayasan Sahabat Alam, yang mengelola Taman Kupu-kupu Gita Persada, Lampung, Herawati Soekardi (Dwi Oblo/National Geographic Indonesia).

Kisah menarik dalam melestarikan kupu-kupu yang menjadi salah satu kunci kehidupan itu akan dikupas tuntas dalam sebuah seminar satu hari yang mengambil tema "Upaya Pelestarian Kupu-kupu" di Universitas Lampung, Bandar Lampung, Kamis, (14/8). Seminar satu hari yang terbuka untuk umum itu juga menghadirkan pembicara kunci: Prof Y. Andi Trisyono dari Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Selain itu, PT Pertamina (Persero) selaku pihak swasta yang memiliki kepedulian terhadap pelestarian alam dan lingkungan akan memaparkan bagaimana upaya dan dukungan swasta terhadap kegiatan tanggung jawab sosial dan komunitas di Indonesia.

"Dengan semangat penjelajahan, peserta seminar akan kami ajak mengunjungi Taman Kupu-kupu Gita Persada bersama Ibu Herawati (Soekardi). Di sana, mereka akan mengikuti kontes foto yang sudah kami persiapkan dengan matang," ujar Didi Kaspi Kasim, Editor-in-Chief National Geographic Indonesia.

Gambar sampul sisipan National Geographic Indonesia dan PT Pertamina (Persero) yang mengisahkan pelestarian kupu-kupu di Lampung. Sisipan ini terbit dalam edisi Agustus 2014.

Menurut Didi, sebelum mengunjungi Taman Kupu-kupu, para peserta seminar akan mendapatkan bekal memotret satwa liar dan alam (khususnya serangga) dari Reynold Sumayku, Editor Foto National Geographic Indonesia. Tidak hanya memberikan tips dan trik, Reynold juga akan mengingatkan etika yang harus dijaga oleh para peserta saat memotret di lokasi.

"Sejalan dengan prinsip National Geographic Society, yaitu menyebarkan pengetahuan geografis dan bumi, kami tidak ingin para peserta mengabaikan etika saat berkegiatan di alam bebas. Dan, kami terus mengedepankan semangat di menjelajah setiap penjuru Indonesia," pungkas Didi Kasim.