Solusi Baru Pengobatan Ebola

By , Rabu, 13 Agustus 2014 | 14:53 WIB

Panel ahli medis internasional memutuskan bahwa obat yang belum diuji dapat digunakan di Afrika Barat untuk memerangi Ebola yang mewabah saat ini. Peristiwa ini dikenal sebagai yang terbesar dalam sejarah. Lebih dari 1.000 orang telah meninggal, dan lebih dari 1.800 jatuh sakit akibatnya.

Panel ahli medis WHO yang berbasis di Geneva mengatakan bahwa perawatan tertentu atau sebuah vaksin mungkin ampuh untuk melawan virus tersebut. WHO menambahkan, bahwa perawatan ini mendukung usaha yang telah dikerahkan selama ini, untuk menghentikan penyebaran virus tersebut.

Beberapa perawatan eksperimental untuk Ebola masih dikerjakan, tetapi belum ada yang diuji pada manusia. Menggunakan obat tersebut memicu kontroversi, karena keselamatan dan kemanjurannya masih dipertanyakan. (Baca: Terapi dan Vaksin Menjanjikan Ebola Terjerat Problem Dana)

Bulan lalu, debat memanas ketika dua orang Amerika yang bekerja di Afrika Barat dan sudah tertular virus Ebola, diberikan beberapa dosis obat eksperimental bernama ZMapp. Sejak saat itu, Kent Brantly dan Nancy Writebol (kedua warga Amerika tersebut) menunjukkan kemajuan penyembuhan. Tetapi Miguel Pajares, pastor Spanyol yang juga diberikan obat yang sama, meninggal pagi tadi.

Meskipun berawal dengan keraguan oleh komunitas medis untuk menggunakan perawatan yang belum diuji, WHO mengatakan, "Jumlah besar orang yang terinfeksi wabah Ebola dan tingkat fatalitas yang tinggi, telah mendorong penggunaan obat-obatan dan perawatan yang masih diteliti. Hal ini untuk mencoba menyelamatkan kehidupan para pasien dan mengekang epidemi.

Kondisi khusus

WHO tidak merespon ketika diminta berkomentar, tetapi menurut pernyataan badan tersebut, panel medis mengatakan bahwa untuk menggunakan terapi-terapi yang belum diuji harus mengikuti petunjuk ketat. Hal ini termasuk transparasi semua aspek perawatan, pemberitahuan persetujuan, kebebasan memilih, kerahasiaan, menghormati orang, menjaga martabat, dan keterlibatan masyarakat.

Panel medis menambahkan, ada kewajiban moral untuk mengumpulkan dan membagikan semua data yang dihasilkan dari penggunaan segala macam perawatan.

Hari Senin, Anthony Fauci, direktur National Institute of Allergy and Infectious Disease, mengatakan kepada National Geographic bahwa butuh waktu untuk menghasilkan obat-obatan yang cukup dalam pengembangannya untuk mengobati banyak pasien. Pihak lain memperingatkan bahwa mengeluarkan obat tersebut di daerah tertentu dengan sejarah ketidakpercayaan profesional medis cukup menantang.

Kevin Donovan, direktur Pellegrino Center for Clinical Bioethics di Georgetown University Medical Center, mengatakan kepada National Geographic bahwa ia akan merekomendasikan penyebaran obat-obatan yang ada untuk membantu para pekerja kesehatan.

"Karena jika kita membiarkan orang-orang yang melakukan perawatan itu dihapus, maka tidak ada yang tersisa untuk melakukan perawatan tersebut," katanya.