Penelitian Terhadap Jari Kaki Tokek

By , Kamis, 14 Agustus 2014 | 10:36 WIB

Satwa ini adalah salah satu satwa yang bisa berjalan di tembok ala Spiderman. Kelengketan tingkat tinggi seekor tokek sangat mengesankan, bahkan para peneliti telah berusaha keras selama lebih dari satu dekade untuk menirunya demi keperluan praktis manusia, seperti selotip dan lem.

Penelitian baru yang dirilis tanggal 12 Agustus dalam Journal of Applied Physics menunjukkan beberapa kompleksitas mengenai bagaimana cara tokek "mengaktifkan dan menonaktifkan kelengketannya". Para peneliti menggunakan beberapa model untuk menunjukkan tokek tokay, salah satu spesiesnya yang berhabitat di Asia Tenggara, bisa mengubah sudut-sudut rambut kaki mereka untuk membuat mereka lebih lengket atau kurang lengket.

Geometri alamiTokek menggunakan metode "adhesi kering", sebuah fenomena yang dikenal sebagai kekuatan van der Waals yang terjadi ketika elektron dalam satu atom menciptakan medan magnet yang merangsang dan menarik elektron ke atom.

"Kekuatan van der Waals adalah yang terlemah dari antara kekuatan atom-atom yang kita miliki," ujar P. Alex Greany, rekan penulis penelitian dan profesor dari teknik mekanis di Oregon State University di Corvallis.

Mereka melakukan penelitian ini dengan mengambil keuntungan dari anatomi jari kaki tokek, yang menyimpan jutaan rambut mikroskopis, disebut sebagai setae. Setae ini kemudian berubah menjadi miliaran titik-titik kontak yang disebut spatulae. Spatulae inilah yang membuat si reptil memaksimalkan jumlah kontak yang dilakukan dengan permukaan, menyebarkan beban tubuh mereka dan secara eksponensial meningkatkan gaya tarik tokek dan permukaan.

Lalu bagaimana cara tokek "mengendurkan kelengketannya" ketika ia hendak berjalan? Kuncinya ada pada sudut rambut-rambut mikroskopis jari kaki mereka. Menggunakan model matematika, para peneliti mengkalkulasikan tokek dapat dengan mudah mengubah sudut setae dan bisa berjalan. Namun, ternyata setae ini tak hanya bersudut, melainkan juga melengkung, membuat mereka mampu melepaskan energi dan mengubah arah dengan cepat.

Akibatnya, setae yang melengkung tersebut berfungsi seperti "mekanisme detasemen pegas", kata Kellar Autumn, profesor biomekanik di Lewis and Clark College di Portland, Oregon, yang tidak terlibat dalam penelitian. Ia dan timnya membuktikan bahwa tokek menggunakan kekuatan van der Waals di tahun 2002, dan studi ini disebut sebagai "langkah besar dalam hal teori dan fisika yang mendasari" sistem adhesi yang digunakan tokek.

Sudut miring setae tokek ini dikombinasikan dengan fleksibilitas, inilah kunci proses tersebut.