Memaknai Karya Abu Bakar Chang

By , Kamis, 14 Agustus 2014 | 21:36 WIB

Hari ini (14/8), Lembaga Kebudayaan Nusaraya bekerja sama dengan Muslimtourchina, dan didukung Persatuan Islam Tionghoa Indonesia DKI Jakarta, Yayasan Masjid Lautze, Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (LEMKA), Sulaiman Resto dan Aditya Mangoen Production meresmikan Galeri Kaligrafi Islam-Tionghoa.

Bertempat di restoran Tiongkok Muslim, Sulaiman Resto, di Jalan Batu Ceper Raya, Jakarta Pusat, acara ini menampilkan kaligrafer Tiongkok, Abu Bakar Chang dan pembicara Drs. H. Didin Sirojuddin AR, Ketua LEMKA.

Dalam sambutannya, Didin Sirojuddin mengungkapkan, kaligrafi Islam yang juga dikenal sebagai  kaligrafi Arab, menjadi salah satu media dalam penyebaran ajaran agama ini. Dalam perkembangannya, ketika tercipta rute perdagangan lintas benua dari Eropa, Afrika sampai Asia yang dikenal sebagai Jalan Sutra (The Silk Road), kaligrafi sebagai bentuk seni turut dibawa serta. “Jenis-jenis kaligrafi Arab mencapai sekitar 400 gaya,” imbuh ketua LEMKA itu.

Ketika sampai di Tiongkok, kaligrafi Arab juga ikut tumbuh. Salah satu gaya pembuatannya disebut ziying, dengan tampilan seperti karya kaligrafer Abu Bakar Chang. Ditemani  Roy Wong dari Galeri Kaligrafi Islam-Tionghoa yang menjadi penerjemah, saat berbincang dengan National Geographic Traveler, Abu Bakar Chang menyebutkan, “Karya saya dominan berwarna hitam dan putih, yang menyimbolkan unsur yin dan yang.”

Abu Bakar Chang, kelahiran 1978 di Dongxiang, Provinsi Gansu, juga berkisah, “Saya berasal dari etnis Hui, salah satu dari sekitar 10 suku pemeluk Islam di Tiongkok. Di sana, populasi Islam mencapai sekitar 37 ribu orang. Saya belajar kaligrafi Arab sejak usia 13 tahun dan kini sudah sekitar 22 tahun menjadi seniman kaligrafi. Ini adalah pertama kalinya saya berkunjung ke Jakarta dan merasa nyaman di sini, dengan nuansa persaudaraan muslim.”

Suasana pembukaan Galeri Kaligrafi Islam-Tionghoa. (R. Ukirsari Manggalani/National Geographic Traveler)

Ada 50 karya kaligrafi Abu Bakar Chang hadir di acara pembukaan Galeri Kaligrafi Islam-Tionghoa dan meski didominasi warna hitam putih, ada beberapa yang tampil beda. Salah satu yang mencuri perhatian saya adalah paduan kaligrafi Arab dengan lukisan cat air khas Negeri Tirai Bambu. Susunan abjad Arab membentuk sebuah vas warna hitam dan putih, lalu dipadukan dengan bunga jingga serta dedaunan dan dilengkapi karakter Cina di sudut kanan atas.

Kaligrafi berpadu lukisan menawan karya kaligrafer Abu Bakar Chang. Salah satunya dipadu lukisan bunga (paling kanan). (R. Ukirsari Manggalani/National Geographic Traveler)

Beberapa pameran ke luar Tiongkok yang sudah diikuti Abu Bakar Chang antara lain ke Abu Dhabi (2013), Tokyo (2013) dan kini Jakarta (2014).

Beberapa jabatan yang disandangnya antara lain staf peneliti karya seni bahasa Arab – Tiongkok, akademisi seni tulis Arab di jurusan seni New Dunhuang, Tiongkok, staf umum ikatan pengusaha muslim Ning Xia, serta wakil ketua perkumpulan ahli waris peninggalan budaya non benda di Yin Chuan.  

Peminat seni kaligrafi dapat menikmati karya Abu Bakar Chang di Sulaiman Resto, Jalan Batu Ceper Raya No 73 Jakarta Pusat, sembari bersantap hidangan khas Tionghoa muslim. Silakan menjelajahi eloknya seni Tiongkok dalam nuansa beda, yaitu nuansa Islami.