Nationalgeographic.co.id—Caecilla Metalla adalah putri dari seorang konsul Romawi. Tentunya, dia hidup dari keluarga kaya dan terpandang dalam struktur sosial pada masa republik itu.
Sayang, tak begitu banyak yang diketahui dari kehidupannya untuk digali. Yang baru diketahui, dia sempat menikah dengan keluarga Marcus Lincius Crassus, seorang negarawan dan jenderal Romawi yang membentuk aliansi tiga serangkai terkenal bersama Julius Caesar dan Pompey.
Dia memiliki makam yang menjadi tengara di Via Appia Antica, sebuah jalan pada masa Romawi yang juga disebut sebagai Jalan Appian yang kini berada di kota Roma, Italia. Makamnya terdiri dari menara berbentuk drum di atas dasar persegi, dengan tinggi total sekitar 21 meter dan berdiameter 29 meter.
Makam itu dibangun sekitar 30 SM ketika Republik Romawi berubah menjadi Kekaisaran Romawi, yang dipimpin oleh Kaisar Agustus sejak 27 SM. Uniknya, tempat itu bertahan lama, dan telah lama menarik perhatian pengunjung selama berabad-abad, termasuk sastrawan Inggris Raya Lord Byron, menziarahinya pada awal 1800-an, yang terekam dalam bukunya Childe Harold’s Pilgrimage.
Marie Jackson, seorang peneliti dari Department of Geology and Geophysics, University of Utah, Amerika Serikat mengunjungi makam itu tahun 2006, bersama arkeolog Dottoressa Gianmichele. Dia tertarik untuk menganalisis beberapa sampel kecil dari tengara ini.
"Itu adalah hari yang sangat hangat di bulan Juli," kenangnya dikutip dari rilis. "Namun saat kami turun tangga ke koridor makam, udara jadi sangat sejuk dan lembab."
Struktur dinding bata nya sangat kuat, kohseif, dan hampir sempuran diawetkan, beserta batuan vulkanik yang hampir penuh dengan kandungan air. Dinding beton tebal itu mengadung tefra vulkanik dari aliran piroklastik yang dihasilkan dari gunung berapi Alban Hills di dekatnya, dan mengikat bongkahan batu bata dan agregat lava
Baca Juga: Seperti Stadion Saat Ini, Amfiteater Zaman Romawi Punya Fasilitas VIP
"Suasananya sangat tenang," kesan Jackson. Dia bersama Nobumichi Tamura, peneliti di Lawrence Berkeley National Laboratory, dan dua anggota lainnya, mengamati 'lem' mortar, sebuah blok bangunan yang disebut fase pengikatan C-A-S-H (kalsium-alumunium-silikat-hidrat), dengan mineral yang disebtu strätlingite. Mineral ini berfungsi untuk membloki perambatan retakan kecil di dalam mortar, mencegahnya saling terhubung dan mematahkan struktur beton.
Penelitian itu dipublikasikan di Journal of the American Ceramic Society pada 16 September lalu. Makalah itu berjudul Reactive binder and aggregate interfacial zones in the mortar of Tomb of Caecilia Metella concrete, 1C BCE, Rome.
Meski demikian, tefra yang digunakan orang Romawi untuk mortar Makam Caecilia Metellah lebih mengandung leucite yang kaya kalium. Berabad-abad air hujan dan air tanah yang meresep melalui dinding makam melarutkan leucite dan melepaskan kalium ke dalamnya.
"Kami melihat domain C-A-S-H yang utuh setelah 2.050 tahun dan beberapa yang membelah, tipis atau berbeda dalam morfologi," terang Linda Seymour, penulis pertama peneliti itu dari Department of Civil and Environmental Engineering, Massachusetts Institute of Technology (MIT).
Baca Juga: Mengenal Gua Theopetra Yunani, Jadi Bangunan Tertua di Dunia
Domain tipis ini ternyata mengambil sifat kristal berukuran nano, sehingga menciptakan komponen yang kuat pada beton. Lantas apa alasan di balik kokohnya makam milik Caeilia Metella?
Kokohnya struktur beton pada makam ini ternyata lebih kuat dari kondisi yang menghancurkan beton modern.
"Pembangunan monumen dan tengara yang sangat inovatif dan kokoh di Via Appia Antica ini menunjukkan bahwa dia (Caeilia Metella) sangat dihormati," terang Jackson. "Dan struktur beton 2.050 tahun kemudian mencerminkan kemampuannya yang kuat dan tangguh."
Jika diamati dengan penelitian lain terkait struktur beton kuno dan bersejarah lainnya terkait bangunan Romawi, para peneliti menambahkan, bahwa pemahaman Republik kuno itu mengalami banyak perubahan dalam periodenya.
Baca Juga: Situs Djémila Sebagai Saksi Peradaban Romawi Kuno di Afrika Utara
Hal itu dibuktikan dalam beberapa area beton pada Makam Caecilia Metella terus berkembang lewat renovasi jangka panjang. Penguatan ini berpotensi berkontribusi untuk meningkatkan kinerja mekanis, dan ketahanan menghadapi kegagalan dari berbagai bahan kuno yang merapuh.
Jackson dan tim memahami keberhasilan orang Romawi membentuk beton yang canggih, dapat mendorong pembuatan bangunan yang ramah lingkungan. Bahan beton yang dibuat pada masanya diperkirakan bisa mengurangi emisi energi dari produklsi dan pemasangan beton hingga 85 persen, dan meningkatkan umur 50 tahun daripada beton yang ada kini.
"Berfokus pada perancangan beton modern dengan zona antar muka yang terus diperkuat mungkin memberi kami strategi lain untuk meningkatkan daya tahan bahan konstruksi modern,” kata Admir Masic, anggota penelitian dari departemen yang sama dengan Seymour.
"Melakukan ini melalui integrasi 'kebijaksanaan Romawi' yang telah terbukti waktu memberikan strategi berkelanjutan yang dapat meningkatkan umur panjang solusi modern kami dengan urutan besarnya."
Baca Juga: Kisah Julius Caesar Muda yang Ternyata Pernah Diculik oleh Bajak Laut