Revolusi Mental Harus Bermula dari Pendidikan Dasar

By , Sabtu, 16 Agustus 2014 | 21:32 WIB

Sekretaris Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Benny Susetyo mengatakan, fondasi "revolusi mental" yang dicanangkan presiden terpilih Joko Widodo dalam pemerintahannya kelak haruslah dimulai dengan pendidikan dasar. Menurut Benny, usia anak-anak merupakan waktu terbaik untuk menumbuhkan bibit-bibit revolusioner bangsa.

"Revolusi mental ini bisa 'mental' (terpental) kalau tidak dibangun dari diri sendiri. Perubahan yang paling mendasar adalah perubahan mindset, mulai dari pendidikan dasar," ujar Benny di Jakarta, Jumat (15/8) malam.

Benny mengatakan, semestinya sekolah menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak-anak untuk mengembangkan diri. Begitu pula dengan para guru. Menurut Benny, guru tidak hanya bertindak sebagai mentor, tetapi juga sebagai pendidik.

Kelas Kemas-Kemas Sains adalah wahana #KerjaBakti untuk mempersiapkan dan mengemas alat-alat peraga pendidikan untuk dikirimkan ke SD-SD di desa penempatan Pengajar Muda (indonesiamengajar.org)

"Kembalikan sekolah menjadi tempat bermain, guru menjadi rekan yang mendidik. Jadi, ketika pendidikan, anak-anak merasa happy didekatkan untuk membaca dan berhitung. Baru setelahnya pendidikan budi pekerti," lanjut Benny.

Untuk mewujudkan fondasi pendidikan yang kuat, Jokowi diminta membangun pusat pendidikan guru. Menurut Benny, Indonesia kekurangan tenaga pengajar yang benar-benar menjalankan fungsinya sebagai pendidik.

"Dulu ada pusat pendidikan guru di Flores, Jawa, Sumatra, dan Papua. Sekarang kan hilang," ujarnya.

Benny mengatakan, dengan dibangunnya pusat pendidikan guru, Indonesia dapat melahirkan paradigma baru di dunia pendidikan. Ia meyakini, Jokowi dapat mewujudkan harapan tersebut dalam rangka "revolusi mental" yang digadangnya.

"Kita punya harapan, anak-anak masa depan kita yang ceria mampu hadapi tantangan zaman," ujarnya.