Penelitian terbaru menunjukkan bahwa obat yang berfungsi menyembuhkan penyakit lain, justru dapat menumbuhkan rambut.
Sebuah studi kecil, terdapat tiga orang mengonsumsi obat yang disebut ruxolitnib selama 4-5 bulan dan hasilnya rambut rontoknya kembali tumbuh. Orang dengan kondisi seperti ini disebut alopecia areata, yakni penyakit autoimun yang menyebabkan hilangnya rambut dari kulit kepala atau bagian tubuh lain.
Obat yang digunakan dalam penelitian ini sebenarnya berguna untuk mengobati orang dengan meilofibrosisi –gangguan sumsum tulang- namun, telah disetujui oleh Food and Drug Administration.
Dalam studi baru, peneliti menentukan bahwa mekanisme yang menyebabkan rambut rontok pada penderita alopecia areata sebenarnya belum dipahami sepenuhnya.
“Uji klinis tambahan diperlukan untuk menguji efektivitas obat ini dengan studi yang lebih besar,” ujar penulis studi, Angela M. Christiano, professor dermatologi dan genetika di Columbia University Medical Center, New York. “Namun untuk pasien alopecia areata, hasil penelitian ini menjadi menarik karena menawarkan potensi obat baru dengan hasil menjanjikan.”
Kami percaya penemuan ini, langkah bagus bagi pasien alopecia areata
Hingga saat ini belum ada pengobatan yang disetujui oleh semua pihak guna menumbuhkan rambut pasien dengan alopecia areata. Biasanya pasien ini kehilangan rambut di kulit kepala, bahkan beberapa kasus menyebabkan hilangnya semua rambut di seluruh badan.
Menurut National Alopecia Areata Foundation, sekitar 6,5 juta orang di Amerika Serikat mengalami alopecia areata. Dampak alopecia areata pada setiap orang bisa berbeda hasilnya.Selain kehilangan rambut pada tubuhnya, biasanya mereka juga mengalami penderitaan psikologis dan emosional.
Para peneliti mengetahui bahwa rambut rontok pada pasien alopecia terjadi karena sistem kekebalan rambut diserang oleh sel, namun belum diketahui jenisnya.
Dalam studi terbaru, para peneliti menemukan bahwa sel T yang bertanggung jawab terhadap serangan pada folikel rambut. Para peneliti mengidentifikasi jalur kekebalan yang ditargetkan oleh obat yaitu inhibitor JAK.
Sebagian penelitian menguji pasien alopecia, peneliti menguji dua FDA -ruxolitinib dan tofacitinib- pada tikus yang mengalami rambut rontok karena penyakit. Ditemukan bahwa obat ini efektif menghentikan serangan sel T pada folikel rambut.
Dalam waktu 12 minggu pengobatan, obat ini benar-benar mampu memulihkan rambut tikus yang rontok. Walau pengobatan dihentikan, rambut tetap tumbuh dan tidak rontok.
Ketika para peneliti menguji ruxolitinib pada tiga orang yang mengalami alopecia areata dan timukan bahwa sel T menyerang kulit kepada sehingga menghambat pertumbuhan rambut.
“Kami percaya penemuan ini merupakan langkah bagus bagi pasien alopecia areata,” ujar Christiano kepada Live Scene. “Kami berharap dapat menginspirasi peningkatan penelitian tentang JAK inhibitor untuk penyakit alopecia areata sehingga dapat dijadikan pengobatan.”
Para peneliti belum mengamati efek merugikan dari ruxolitinib dalam penelitian kecil mereka, ujar Christiano.
“Pada pasien yang tidak memiliki penyakit kronis, kemungkinan efek samping [ruxolitinib] lebih kecil dari pada pasien yang memiliki penyakit kronis,” paparnya. “Efek samping bisa berupa infeksi, penurunan trombosit atau anemia.”