Benarkah ISIS Penggal Wartawan Amerika?

By , Rabu, 20 Agustus 2014 | 08:18 WIB

Intelijen AS tengah berusaha memastikan keaslian video yang disebut memperlihatkan seorang wartawan asal negara itu dipenggal oleh anggota gerakan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Video itu juga menampilkan sosok satu wartawan lain, yang hidupnya disebut tergantung pada kebijakan Amerika Serikat."Kami telah melihat video yang disebut sebagai pembunuhan warga AS James Foley oleh ISIS," kata juru bicara wakil Dewan Keamanan Nasional Caitlin Hayden. James Foley adalah pewarta Amerika Serikat berumur 40 tahun."Intelijen akan bekerja secepat mungkin untuk memastikan asli atau tidaknya video tersebut," lanjut Hayden. "Bila [video itu] asli, kami terkejut dengan pembunuhan brutal atas wartawan Amerika yang tak bersalah, dan kami menyampaikan duka cita mendalam kepada keluarga dan teman-temannya."Unggahan video di YouTube pada Selasa (19/8), dengan mengatasnamakan ISIS, memperlihatkan adegan pemenggalan Foley, wartawan yang hilang pada November 2012 dalam peliputan di Suriah. Pesan video itu adalah penghentian serangan militer Amerika Serikat ke Irak.Dalam tayangan video Foley terlihat berlutut di samping seseorang berpakaian serba hitam. Dia terlihat membaca pesan tertulis yang mengatakan bahwa pembunuh dirinya yang sejati adalah Amerika. Dalam video itu, Foley juga menyampaikan harapannya, "Saya berharap bisa punya lebih banyak waktu. Saya berharap bisa punya harapan untuk bebas dan bertemu keluarga saya sekali lagi." Secara terpisah, keluarga Foley menegaskan kematiannya dalam penyataan melalui halaman sebuah situs web yang sebetulnya dibuat demi menggalang dukungan bagi pembebasannya. Sang ibu, Diane Foley, dikutip jurnalis menyatakan, "Dia memberikan hidupnya mencoba untuk membeberkan pada dunia mengenai penderitaan bangsa Suriah."Video itu menampakkan pula sosok jurnalis lain asal Amerika Serikat, yang diyakini adalah Steven Sotloff. Kontributor untukTime tersebut diculik di Suriah pada 2013. Salah satu sosok milisi dalam video itu mengatakan hidup wartawan ini akan tergantung pada kebijakan berikutnya dari Presiden Amerika Serikat Barack Obama soal ISIS.