Hiu paus, si ikan terbesar di dunia, ternyata merupakan spesies yang sangat aktif.
Hasil penelitian tim WWF-Indonesia mengungkap, hiu paus mampu menempuh ribuan kilometer dalam waktu sekitar dua bulan.
Cassandra Tania, Marine Species Officer WWF-Indonesia mengatakan hal tersebut melalui surat elektroniknya, Minggu (31/8).
Tim WWF-Indonesia memantau hiu paus di Taman Nasional Teluk Cendrawasih selama beberapa tahun dengan empat metode. Ketiganya adalah Pop Up Satelite Archival Tag (PSAT), Radio Frequency Identification (RFID), Photo Identification, serta pengamatan langsung.
Dengan PSAT, tim WWF-Indonesia memantau pergerakan Rachel, salah satu individu hiu paus yang dijumpai di taman nasional itu.
"Rachel, satu-satunya individu hiu paus betina berukuran tiga meter yang dipasangi penanda satelit selama 77 hari, menempuh jarak terjauh dibandingkan hiu paus jantan lainnya. Rachel berenang ke sebelah Timur Filipina di Perairan Internasional dan kembali ke Taman Nasional sebanyak 2 kali, menempuh jarak sekitar 6.000 km," urai Cassandra.
!break!Riset juga mengungkap bahwa Rachel biasa berenang pada kedalaman 50-200 meter. Namun, Rachel pernah menyelam hingga kedalaman 1.800 meter.
Penelitian juga mengungkap wilayah di Teluk Cendrawasih di mana hiu paus paling sering menampakkan diri. Selain itu, diketahui pula jumlah individu hiu paus serta ukuran dan proporsi jenis kelaminnya.
(Baca juga: Resistensi Warga Terhadap Kegiatan Wisata di Teluk Cendrawasih)
Pengamatan langsung dilakukan di empat wilayah, yaitu Wasior, Napan Yaur, dan Kwatisore. Hiu paus paling sering muncul di Kwatisore. Tapi, dalam 2 tahun, penampakan berkurang.
Menurut pengamatan dengan RFID dan Photo Identification, ditemukan 113 individu hiu paus di Teluk Cendrawasih. Sebanyak 80 persen dari total individu adalah jantan. Ukuran para pejantan yang ditemukan masih 3-5 meter, artinya belum matang.
Jantan hiu paus dewasa biasanya berukuran 7-8 meter, sementara betina dewasa bisa mencapai ukuran 100 meter.
Dari sejumlah metode pengamatan, tim WWF-Indonesia hanya menemukan 4 individu betina.
Cassandra mengungkapkan, "Masih menjadi misteri di mana individu yang betina, baik yang masih bayi dan yang sudah dewasa, berada."
!break!Penelitian hiu paus hingga saat ini masih minim. Cassandra mengatakan perlunya riset lebih lanjut untuk menguak lebih banyak tentang satwa ini. Berdasarkan KEPMEN KP No. 18 Tahun 2013 Tentang Penetapan Status Perlindungan Penuh Ikan Hiu Paus, hiu paus merupakan satwa dilindungi. Upaya riset dan konservasi perlu dilakukan dengan tetap menangkap potensi ekonomi sebagai wisata bahari.
Kepala Balai Besar Taman Nasional Teluk Cendrawasih, Ben G. Saroy, mengatakan, hasil riset ini menggarisbawahi pentingnya perhatian pada Teluk Cendrawasih.
"Hasil studi dan pemantauan menunjukkan bahwa kawasan Taman Nasional Teluk Cendrawasih, khususnya Kwatisore, merupakan salah satu habitat penting hiu paus yang harus menjadi prioritas konservasi di Indonesia dan dunia," ungkapnya.