Kehidupan Setelah Kematian di Mata Jurnalis Wanita

By , Kamis, 12 Maret 2015 | 20:00 WIB

Glimpsing Heaven: The Stories and Science of Life After Death karangan Judy Bachrach mengisahkan tentang pengalaman-pengalaman nyata orang-orang yang pernah dekat dengan kematian. Untuk mendapatkan kisah-kisah tersebut, ia harus bekerja sukarela di rumah sakit.

SkeptisJudy Bachrach, seorang jurnalis, sebenarnya tidak memercayai kehidupan setelah kematian. Dan dalam buku karangannya tersebut ia menceritakan pengalaman-pengalaman orang yang mengalami kehidupan setelah kematian. Apa yang membuatnya terdorong untuk mengisahkan sesuatu yang bahkan tak dipercayainya bisa terjadi?

"Pertama adalah mantan First Lady, Barbara Bush, karena anaknya meninggal di usia empat tahun di rumah sakit. Kedua, salah satu teman dekat saya yang sekarat dari kanker. Saya takut sekali dengan kematian, dan saya juga takut akan teman saya yang sedang sekarat. Jadi, saya memutuskan untuk menjadi sukarelawan di rumah sakit untuk mengurangi ketakutan saya terhadap kematian," Judy berkisah.

Dari kematian itu sendiri, Judy sebenarnya lebih takut akan kehampaan setelah kematian. "Saya lebih memilih percaya Setan menanti kehadiran saya daripada merasa hampa setelah mati," katanya. Dan itulah yang ia percaya. Bahwa setelah kematian pun tidak akan ada apa-apa lagi. Bagaikan panggung sandiwara, tirai menutup dan lampu dimatikan. Tidak ada lagi kelanjutannya.

Ubah cara pandangSetelah terjun ke dalam penelitian mengenai kehidupan setelah kematian, ia pun menjadi yakin bahwa efek kekurangan oksigen dan halusinasi yang kerap terjadi pada orang sakit, sebenarnya bukan halusinasi. "Saya sadar saya harus mengubah cara pandang saya," aku Judy. Namun, sulit baginya untuk mengubah cara pandangnya di usia yang matang.

"Kematian bukanlah akhir dan akan terus berkelanjutan."

Tetapi setiap bukti yang didapatnya dari hasil mewawancarai banyak orang perlahan memaksa dirinya untuk mengubah pandangannya. Ia mengakui bahwa paksaan tersebut tak bisa diterimanya begitu saja dan ia kerap bersikap skeptis. 

"Yang saya lakukan, sebagai jurnalis, adalah merekam kisah kesaksian orang-orang tersebut. Yang saya ketahui hanyalah apa yang saya laporkan, yaitu bahwa kematian bukanlah akhir dan akan terus berkelanjutan. Hal seperti itu aneh bagi saya. Tetapi itu semua nyata," katanya.Mewawancarai puluhan orang tak hanya memberikannya materi untuk diceritakan, atau membantunya mengubah cara pandang. Ia pun dapat dengan yakin mendefinisikan kematian sebagai sebuah petualangan. 

"Salah satu pengalaman yang saya ceritakan kembali adalah dari seorang psikolog Carl Jung, yang meninggal karena serangan jantung di usia 60an tahun. Namun, ia akhirnya hidup kembali dan menjelaskan dengan detil bagaimana ia melihat semesta," kenangnya. 

Judy pun mengaku bahwa ia dengan senang hati ingin mengalami pengalaman-pengalaman seperti itu. Ibarat astronot, Anda berada di atas sana, berpindah dari satu planet ke planet lain, dapat melihat Bumi yang indah. Pengalaman ini dinilainya menarik.