Suasana hangat bersahaja begitu kental terasa ketika peringatan dasa warsa Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI). Galeri Cemara menjadi saksi bisu semakin kuatnya ikatan BPPI untuk mengawal kelestarian pusaka Indonesia.Sebenarnya hari jadi BPPI pada 17 Agustus, sayangnya sulit melakukan perayaan karena berbarengan dengan hari Kemerdekaan Indonesia.“Sebenarnya peringatannya 17 Agustus. Enaknya mudah untuk diingat, tapi tidak dapat merayakan ulang tahun di hari itu. Maka diputuskanlah hari ini Senin (8/9) sebagai perayaannya,” ujar Luluk Sumiarso, Ketua Dewan Pimpinan BPPI.Bersamaan dengan perayaan ulang tahun yang bersahaja itu, BPPI mengadakan kegiatan rutin Temu Pusaka Indonesia 2014. Kegiatan tahunan ini mengangkat tema menarik. Yakni Revitalisasi Museum Pusaka Nusantara.Topik ini diangkat guna merefleksikan dan mengingat kembali betapa pentingnya museum. Pelestarian pusaka perlu perhatian besar dari semua pihak terlebih kemajuan zaman yang tampaknya sulit terkendali.
Museum Nusantara Lebih Unggul
Perkembangan zaman telah membuat museum ikut berubah pula. Mulai dari koleksi, sejarah bangunan, bahkan museum berubah menjadi living museum. Apakah living museum? Singkatnya, inilah keunggulan museum Nusantara dibanding museum di luar negeri. Living museum memberikan gambaran nyata dan hidup tentang kebudayaan.
Singkatnya, inilah keunggulan museum Nusantara dibanding museum di luar negeri.
Berbeda dengan museum di luar negeri yang ‘hanya’ menampilkan karya seni dari masa lalu. “Mereka mengutamakan managemen dan tampilan saja. Tidak memberikan gambaran nyata yang hidup seperti museum di Nusantara,” papar Putu Supadma Rudana, Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia (AMI).
Perkembangan museum dengan sigap dihadapi BPPI. Bertambahnya usia semakin menguatkan semangatnya untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya museum. Dan pentingnya mengobarkan semangat pelestarian aset pusaka Nusantara.Walau terlambat, selamat ulang tahun BPPI! Teruslah mengawal kelestarian pusaka Indonesia.