Kemampuan guru meriset kelautan diasah. Sebanyak 103 guru SMP dan SMA dari sejumlah provinsi yang menyertai Perkemahan Ilmiah Remaja Nasional ke-13 yang diselenggarakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, dalam dua hari terakhir ini, mengumpulkan data lapangan dari beberapa lokasi.
"Setelah mengumpulkan data lapangan, para guru diajak untuk menganalisis data. Kemudian dibimbing untuk menjadikannya sebuah karya ilmiah dan mampu menyajikan kepada murid yang harus dibuat senang dengan pengatahuan itu," kata peneliti Tri Nuke Pudjiastuti dari Pusat Penelitian Politik LIPI, Rabu (10/9).
Nuke membimbing guru-guru di bidang ilmu sosial untuk menggali data di komunitas perkampungan suku Bajo di Desa Mola Utara dan Mola Selatan, Kecamatan Wangi-wangi Selatan, Wakatobi.
Selain mengumpulkan data kependudukan, Nuke juga mengajak para guru menggunakan perahu mengunjungi lokasi-lokasi karamba apung milik warga. "Ternyata jenis ikan yang dipelihara di karamba cukup beragam, seperti ikan krapu dan lobster," kata Nuke.
Instruktur lainnya, I Made Sudiana, peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI, membimbing para guru bidang ilmu alam untuk mengenal biota laut di Pantai Patuno, Wakatobi.
Pada pukul 06.00 kemarin, para guru mulai menyebar ke pantai yang mulai surut airnya dan mencatat setiap biota yang ditemukan dalam ukuran petak yang ditentukan. "Identifikasi biota laut secara langsung pada petak 1 meter persegi atau 2 meter persegi," kata Made.
Kemampuan meriset merupakan modal penting bagi para guru untuk menerapkan Kurikulum 2013. Kemampuan itu menunjang kreativitas guru untuk mengajar dan mengajak diskusi murid.
"Mengajak berdiskusi dengan murid-murid saat ini bagi saya makin susah. Bagi guru seperti saya, kini lebih membutuhkan kreativitas," kata Suryani, guru kimia SMA 2 Wakatobi.
Mohammad Jafar, guru SMA 1 Bulukumba, Sulawesi Selatan, mengatakan kemampuan meriset tidak hanya menunjang kreativitas guru dalam mengajar dan saat berdiskusi di kelas. Namun juga menunjang karier guru menapaki jenjang kepangkatannya yang berubah sesuai Kurikulum 2013.
"Jika sebelumnya persyaratan membuat karya tulis ilmiah untuk kenaikan jenjang pangkat 4A ke 4B, sekarang diturunkan untuk kenaikan jenjang 3B ke 3C," ujar Jafar.
Soeharsono, peneliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI mengatakan, pendidikan kelautan sangat dibutuhkan, khususnya bagi masyarakat nelayan. Melalui pendekatan ilmu sosial, kemiskinan masyarakat nelayan semestinya dapat dipecahkan.
"Masyarakat nelayan masih dihadapkan pada pihak perantara atau juragan untuk menyelesaikan berbagai persoalan ekonominya," kata Soeharsono.