Hamas mencegah 77 anak yang orangtuanya menjadi korban konflik di Gaza, untuk mengunjungi Israel dalam undangan kelompok aktivis perdamaian.
Anak-anak yang berusia antara 12 dan 15 tahun itu ditemani lima orang dewasa — sudah kembali ke Erez, wilayah perbatasan antara Gaza dan Israel.
Lebih dari 2,100 orang, kebanyakan adalah warga Palestina, tewas dalam konflik bersenjata selama 50 hari antara Juli–Agustus, kata PBB.
Sementara Israel mengatakan, 67 tentara dan enam warga sipil Israel tewas.
Kunjungan yang diorganisir Kibbutz, sebuah yayasan yang mengkampanyekan perdamaian, berencana mengajak anak-anak itu ke sejumlah kota di Israel yang dihuni orang-orang Arab, yang menjadi sasaran serangan roket Hamas saat konflik lalu.
Namun Hamas—yang menguasai Gaza sejak 2007—mengatakan pembatalan perjalanan dibenarkan untuk melindungi anak-anak dari "politik normalisasi dengan Israel".
Juru bicara Hamas, Eyad Bozum, mengatakan, Hamas akan memastikan perjalanan seperti tidak akan terjadi lagi.
Pihak pengundang yaitu kelompok aktivis perdamaian, Malek Freij mengatakan kepada Reuters, "Mereka mengira Israel ingin mengeksploitasi anak-anak, itu tidak benar."
Hamas menolak mengakui Israel, yang dianggap telah menduduki tanah Palestina.
Beberapa negara, termasuk Israel dan Amerika Serikat, menganggap Hamas sebagai organisasi teroris karena catatan panjang aksi kekerasan yang pernah dilakukannya.
Dalam konflik baru-baru ini, Hamas telah menembakkan ribuan roket dan mortir ke wilayah Israel. Israel sendiri melancarkan kampanye pemboman melalui udara ke wilayah Gaza.