Ekskavasi Gunung Padang dilanjutkan pada 14 September ini, dengan dibantu TNI. Meskipun demikian, sejumlah arkeolog tidak setuju terhadap metode TNI yang menggali lapisan tanah dengan cangkul atau pacul yang dinilai menyimpang dari kaidah penggalian arkeologis.
Meski menggunakan cangkul dan alat gali lainnya dalam proses eksvakasi, “Saya jamin tidak ada artefak yang rusak,” kata Ketua Timnas Peneliti Gunung Padang Bidang Geologi Danny Hilman Natawidjaja menanggapi masalah itu, dilansir detikNews, Senin (15/9) kemarin. Menurut penjelasan ahli dari LIPI tersebut, ekskavasi yang digelar merupakan bagian dari proses penelitian pendahuluan.
Sementara Ketua Timnas Bidang Arkeologi, Ali Akbar, juga menyebutkan tujuan penelitian pendahuluan ini untuk mengecek lapisan kedalaman. Tim melakukan penggalian di beberapa titik untuk memastikan ada lapisan kosong.
“Penelitian pendahuluan ini dilakukan di beberapa titik, yakni titik selatan, tenggara, timur, barat, dan teras lima. Hasilnya akan kita laporkan ke Kemendikbud sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya,” ujar Ali.
“Kita diminta membantu,” kata Kapuspen TNI Mayjen Fuad Basya ketika dikonfirmasi, Senin. “Pastinya, TNI tak asal melakukan penggalian, ada tim arkeolog yang ikut mendampingi. Kalau protes, ya protes saja. Yang bidang purbakala di sana, mereka ada timnya. Kita TNI hanya mengerjakan. Jadi kalau ada proses yang salah, prosedur yang salah ya tanya saja sama ahlinya yang kelola itu. TNI intinya hanya membantu,” tegas Fuad.
“Dari awal keterlibatan dalam ekskavasi Situs Cagar Budaya Megalitikum Gunung Padang, TNI sudah menunjukkan niat baik dengan melibatkan sejumlah anggotanya. Namun ternyata itu saja tidak cukup. Harus diimbangi dengan pemahaman teknis pekerjaan yang dilakukan agar tidak menimbulkan hal-hal yang kontroversi, tidak produktif, bahkan bisa mengarah ke fitnah,” tutur pengamat kepolisian dan militer Aqua Dwipayana, kepada detikNews.
Situs Gunung Padang telah menuai polemik panjang dari berbagai ahli geologi dan arkeologi sejak empat tahun lalu. Wacana adanya piramida terpendam, kandungan emas, atau tempat leluhur jadi polemik di masyarakat. Sejumlah arkeolog menilai, spekulasi keberadaan bangunan piramida besar di dalam Gunung Padang terlampau bombastis. Spekulasi yang dapat menimbulkan masalah di masa depan.
Situs Megalitikum ini terletak di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pada Juni 2014, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia telah menetapkan Gunung Padang sebagai kawasan Situs Nasional. Dirjen Cagar Budaya Kemendikbud juga menetapkan luasan situs Gunung Padang yaitu sekitar 29 hektare.