Mereka Yang Berdedikasi Kuat Tingkatkan Kesehatan dan Pendidikan

By , Sabtu, 27 Desember 2014 | 13:45 WIB

Dikutip dari buku Kisah Tujuh Penjuru, kesehatan dan dinamika pertumbuhan penduduk adalah pilar-pilar utama dalam pembangunan kelanjutan. Pentingnya kesehatan dan pendidikan pun dibenarkan Wakil Presiden Republik Indonesia, Boediono. “Pendidikan dan kesehatan itu penting, masalahnya bagaimana menanamkan benih baik ini di lahan subur,” paparnya.Guna mencapai pilar kehidupan, pemimpin dunia sepakat melakukan sebuah gerakan, yakni Millenium Development Goals (MDS). Tujuannya ada delapan yakni penanggulangan kemiskinan dan kelaparan; pencapaian pendidikan dasar bagi seluruh orang; kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; penurunan angka kemtian anak, peningkatan kesehatan ibu; memerangi HIV/ AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya; pelestarian lingkungan hidup; dan pengembangan mitra global untuk pembangunan.Deklarasi Milenium ini disahkan pada September 2000 lalu. Disepakati negara maju akan membantu negara berkembang untuk agar tujuan MDGs dapat cepat terealisasi.Sayangnya krisis ekonomi melanda dunia, membuat negara maju berpikir berulang kali untuk membantu negara berkembang. “Jangankan membantu negara berkembang, untuk negara sendiri saja sudah tidak ada dana,” papar Nila F. Moeloek, Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia untuk Millennium Development Goals (MDGs).Tak berpatah semangat, KUKPRI MDGs mencari ‘mitra’ lain agar pencapaian MDGs makin cepat terealisasikan. Diah Saminarsih mengatakan kemitraan itu begitu penting dan dapat dijalin dengan siapapun, namun dengan referensi jelas.Salah satu mitra berharga KUKPRI-MDGs ialah Pencerah Nusantara. Yakni sekumpulan anak muda yang mendedikasikan diri untuk mengabdi di bidang kesehatan, khususnya membantu di daerah terpencil. Siapakah mereka?

!break!

Sebanyak 101 pemuda berdedikasi dan penuh komitmen telah bergabung sebagai Pencerah Nusantara. Mereka terbagi dalam tiga angkatan dan ditempatkan pada daerah yang sering terlupakan. Tujuh lokasi terpilih, yakni  Kelay, Lindu, Ende, Pakisjaya, Ogutua, Sikakap, dan Tosari.

Mereka ditempatkan di daerah yang jauh dari gemerlap Ibukota, jauh dari hingar bingar masa muda yang seharusnya masih dirasakan. Justru mereka tinggal di pulau terpencil, daerah rawan bencana, di tengah hutan, di tengah samudra lepas, dan daerah tertinggal. Pemuda itu menjawab panggilan untuk meningkatkan masyarakat yang mandiri juga tangguh.Para Pencerah Nusantara akan menyentuh setidaknya 200.000 orang yang butuh perhatian dari berbagai bidang, seperti kesehatan dan pendidikan. Fitri Arkham, Pencerah Nusantara angkatan pertama berbagi kisah ketika ia pertama kali menginjakkan kaki di tempat tugasnya.”Saya syok sekali, tempat itu begitu sulit dilewati,” kenang Fitri. Bahkan orang tuanya sempat memintanya kembali karena medan daerah tugas yang begitu berat, namun mahasiswi lulusan Universitas Gajah Mada ini menolak.Tak jauh berbeda dengan kisah Fitri, Muhammad Riedha salah satu anggota Pencerah Nusantara angkatan pertama menyimpan cerita serupa. Mantan Abang None dari Jakarta Barat ini begitu menikmati perjalanannya menuju tempat tugasnya di Mentawai. Setidaknya ia menghabiskan waktu 12 hingga 13 jam dari Padang hingga desa tempatnya tinggal kelak. Perjalanan itu tampak tak seberapa hingga ia harus menuju Kabupaten dan harus ditempuh dengan kapal kayu. Perjuangan mereka tampaknya tidak akan sia-sia. Semangat gigihnya layaklah menjadi contoh bagi pemuda lainnya. Ada lebih dari 3.000 pemuda telah menyatakan diri siap memenuhi panggilan negeri. Semoga jumlah pemuda berdedikasi terus bertambah sehingga peningkatan kesehatan dan pendidikan Indonesia bukan hanya sebuah khayalan.