Festival topeng internasional, yakni Festival Topeng Internasional Indonesia (Indonesia International Mask Festival) I, digelar di Solo, Jawa Tengah, dengan mengusung tema The Greatest Panji.
Seni pertunjukan topeng panji yang kini hampir hilang sudah saatnya dilestarikan dan dikembangkan.
Guru Besar Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Timbul Haryono mengatakan, pada zaman Kerajaan Majapahit, cerita Panji berkembang dan menyebar luas tidak hanya di nusantara, tetapi juga di Asia Tenggara.
”Cerita Panji pada masa jayanya dulu sangat populer sampai seluruh Nusantara, sampai luar Indonesia. Alangkah menyedihkan kalau sekarang masyarakat tidak kenal cerita atau pertunjukan topeng panji,” ujar Timbul pada seminar Topeng Panji di Balai Soedjatmoko, Solo, Senin (15/9), dalam rangkaian Indonesia International Mask Festival (IIMF).
Cerita Panji berkisah tentang tokoh Panji Inu Kertapati yang mencari kekasihnya, Dewi Candra Kirana. Menurut Timbul, cerita Panji awal mulanya berasal dari kitab Smaradahana yang ditulis Empu Dharmaja pada zaman Kadiri (Kediri) di Jawa Timur. Cerita Panji lalu berkembang menjadi sebuah seni pertunjukan wayang topeng panji.
”Topeng panji dulu menjadi kebanggaan masyarakat Jawa, tetapi sekarang hampir hilang. Oleh karena itu, sebagai warisan budaya harus digali dan dikembangkan lagi,” ujar Timbul.Menggelar pentasTimbul mengatakan, agar topeng panji terus ada di tengah masyarakat, harus dilakukan pelestarian, penyelamatan, dan pemeliharaan. Upaya itu harus melibatkan semua pihak, dimulai dengan peningkatan apresiasi hingga melalui proses pendidikan berkelanjutan. Langkah ini diawali dengan menggelar pentas-pentas topeng panji untuk kembali mengenalkannya.
”Seni pertunjukan topeng panji merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan, dikembangkan, dan dimanfaatkan,” katanya.
Juju Masunah, Direktur Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik pada Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, mengatakan, IIMF diadakan untuk mempromosikan seni pertunjukan topeng sekaligus meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap seni pertunjukan topeng, kriya topeng, dan film bertema topeng.
IIMF juga untuk mendukung pengembangan kawasan strategis pariwisata nasional di Kota Solo, Jawa Tengah.
IIMF yang digelar pada 14-15 September di Benteng Vastenburg dan Institut Seni Indonesia Surakarta menyajikan pertunjukan-pertunjukan tari topeng tradisional dan kontemporer dari delegasi dalam dan luar negeri, antara lain Thailand, Korea Selatan, Malaysia, dan Singapura.
”Keseluruhan seniman yang terlibat dua malam ini 259 orang. Dari dalam negeri 219 orang dan 40 orang dari luar negeri,” kata Juju.