Mengapa Bahasa Gaul Indonesia Dipelajari di Australia?

By , Jumat, 19 September 2014 | 16:05 WIB

Ejaan alay seperti "T3t4p optimi5 dan s4l1ng m3ngharg4i utk k3B4ikan" menjadi salah satu topik yang dibahas dalam Belajar Bahasa Gaul yang ditulis pasangan asal Australia dan Indonesia. Bahasa gaul dianggap penting agar bisa berinteraksi lebih dengan warga Indonesia.

Tidak hanya ejaan alay (istilah bagi remaja yang banyak digunakan di jejaring sosial mulai tahun 2009) dan kata-kata yang dianggap gaul, cara penggunaan beberapa kata dalam bahasa informal pun dibahas dalam buku Belajar Bahasa Gaul.

Buku berbahasa Inggris ini ditulis oleh pasangan Nick Molodysky, warga asal Sydney dan Karina Santoso, dari Jakarta. "Idenya berasal dari pengalaman saya belajar bahasa Indonesia. Saya sudah belajar bahasa Indonesia sejak duduk di sekolah dasar," kata Nick kepada Erwin Renaldi, reporter ABC International. "Waktu kuliah saya kemudian sadar kalau mau bekerja di Indonesia dan bersosialisasi dengan Indonesia, maka perlu juga belajar bahasa Indonesia informal."

Saat kuliah, Nick mengambil program studi Indonesia sehingga sudah memiliki pemahaman cukup soal struktur bahasa Indonesia. Ia juga terbiasa memakai bahasa Indonesia dengan sejumlah kenalannya di kampus.

"Beberapa kata saya pelajari dari Karina dan televisi. Kebanyakan teman-teman saya di kampus juga berasal dari Indonesia sehingga banyak belajar dari mereka," ujar Nick lulusan dari University of Sydney. Buku Belajar Bahasa Gaul sudah dirilis di Indonesia pada akhir bulan Mei 2014, sementara di Australia pada bulan Agustus.

Proses penulisannya sendiri menghabiskan waktu sekitar 18 bulan karena Nick berada di Australia, sementara Karina sedang bersekolah di Guangzhou, Tiongkok. Baru setelah Karina pindah ke Australia, keduanya bisa lebih mudah melakukan proses penyuntingan.

"Tujuan dari buku ini agar orang-orang bisa lebih berbicara seperti orang lokal [Indonesia]," kata Karina. "Kata-kata dalam bahasa gaul memang terus berubah, tetapi kalau kita tahu cara membuat kalimat, kedepannya akan lebih mudah cuma tinggal mengubah sesuai tren."

Hingga saat ini respon dari buku ini cukup baik. Menurut Nick dan Karina, buku Belajar Bahasa Gaul ini sempat habis terjual di beberapa toko buku di Indonesia. Mereka juga mengaku kalau pembeli bukunya juga berasal dari Tiongkok, Korea, Jepang, Singapura, hingga India.

Menurut Nick, belajar bahasa gaul tidaklah terlalu sulit. Ia sendiri mengaku tidak pernah belajarnya secara formal, hanya mendengar kata-kata dan ungkapan-ungkapan dari orang-orang."Saya hanya mencatat ungkapan atau kata-kata baru," ungkap Nick. "Tidak ada sumber untuk belajar, juga saat sekolah di bangku SMA sangat terbatas sekali untuk berpikir dengan bahasa gaul."Ia juga menambahkan kalau kalimat-kalimat dalam bahasa gaul atau informal lebih fleksibel dari pada bahasa resmi yang terlalu kaku.

Nick dan Karina berharap kalau buku ini bukan hanya akan mengajarkan bahasa gaul, tetapi bahasa yang dipakai sehari-hari di Indonesia, "karena tidak ada orang yang benar-benar bicara kaku seperti di kamus."