Sukun, Pohon Kehidupan untuk Planet yang Lapar

By , Minggu, 10 Mei 2015 | 15:00 WIB

Nah, sukun telah telah tumbuh di Oceania selama lebih dari 3.000 tahun, dan di banyak pulau, pohon ini membentuk hutan beragam tanaman pangan yang rimbun. Makanan dari hutan ini merupakan model untuk sistem produksi pangan yang berkelanjutan dan bisa membantu membuka tantangan ketahanan pangan yang banyak dihadapi kawasan tropis. .

Mengapa sukun? Sukun adalah pohon abadi berumur panjang dan mudah tumbuh di berbagai kondisi ekologis dengan perawatan minimal. Pohon mulai berbuah dalam 3-4 tahun, menghasilkan tepung buah setara karbohidrat pada tanaman makanan pokok seperti padi, jagung, kentang, dan ubi jalar.

Ini mengurangi jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menanam tanaman yang membutuhkan pemanenan dan penanaman kembali, mengurangi kehilangan lapisan teratas tanah, dan menyimpan karbon. Untuk warga kawasan Pasifik, sukun menjadi pohon kehidupan mereka.

Dalam perayaan ulang tahun ke-50 musim gugur ini, National Tropical Botanical Garden dan mitra utama, the Botany Department of the Smithsonian National Museum of Natural History (Departemen Botani Museum Nasional Sejarah Alam Smithsonian), menggelar simposium internasional di Washington, DC, yang berjudul Agen Perubahan – Kebun Raya di Abad ke-21. Acara satu hari itu dijadwalkan berlangsung pada 7 Oktober 2014 di Museum Sejarah Alam.

Pada 1970-an, , the National Tropical Botanical Garden (Kebun Raya Tropis Nasional, NTGB) menyadari kebutuhan untuk melestarikan keanekaragaman sukun. Saya terlibat dengan NTBG di pertengahan 1980-an dan melakukan perjalanan ke lebih dari 50 Kepulauan Pasifik untuk mengumpulkan ratusan varietas dan mendokumentasikan praktek-praktek tradisional dan pengetahuan yang terkait dengan tanaman penting ini. Kebun Raya idealnya diposisikan untuk melakukan pekerjaan semacam ini karena pemahaman tanaman dan pemanfaatannya adalah inti tugas kita.

Kami saat ini mengelola “gudang hidup” sukun terbesar di dunia dan berkat penelitian yang luas pada koleksi ini sekarang, adalah mungkin untuk menumbuhkan dan mendistribusikan pohon sukun dalam jumlah besar untuk membantu mengurangi kelaparan. Mengapa hal ini penting? Hampir satu miliar orang di seluruh dunia tidak memiliki cukup makan. Tambah lagi dua miliar karena dipengaruhi oleh "kelaparan tersembunyi" akibat kurangnya zat gizi memadai.

Pada tahun 2009, dengan bantuan mitra Cultivaris LLC, globalbreadfruit.com), diluncurkanlah Hunger Global Initiative dengan tujuan mendistribusikan sukun secara global. Kami benar-benar terilhami oleh tanggapan yang datang. Saat ini ada 30 negara, termasuk Ghana, Haiti, Kenya, Jamaika, Nikaragua, dan Pakistan, yang telah menerima lebih dari 40.000 pohon. Karya ini dicapai melalui kerja sama dengan berbagai individu dan organisasi akar rumput. Menarik untuk melihat berapa banyak keuntungan global ada di tanaman warisan ini.

Pada simposium internasional di Washington, DC, saya senang bisa bergabung dengan Danielle Nierenberg dari Food Tank, Dr Eija PEHU dari Bank Dunia; dan Dennis Dimick dari majalah National Geographic dalam diskusi panel bertema Pesta atau Kelaparan: Bagaimana kita Bisa dan akan Memberi Makan Sembilan Miliar Oranguntuk membahas strategi, tantangan, dan peluang untuk menyediakan lebih banyak makanan bagi seisi planet.

Diane Ragone, Direktur Breadfruit Institute, National Tropical Botanical Garden