Bagaimana Indonesia Akan Mewujudkan Perlindungan Efektif Pari Manta?

By , Senin, 22 September 2014 | 19:28 WIB

Indonesia mendeklarasikan kawasan perlindungan manta terbesar pada Februari 2014. Meliputi wilayah laut seluas juta kilometer persegi. Suatu langkah berani, terutama mengingat bahwa Indonesia secara historis telah menjadi salah satu negara yang mencatat angka penangkapan hiu dan pari manta tertinggi.

Deklarasi baru ini menimbulkan pertanyaan, seberapa efektif berlakunya peraturan tersebut?

Indonesia, negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau dengan area ribuan mil lautan, merupakan rumah bagi jutaan nelayan pesisir yang amat bergantung pada perikanan untuk memberi makan keluarga mereka dan mata pencaharian.

Dalam tahun-tahun terakhir, eksploitasi pari manta kian meningkat. Sasaran para pemburu pari manta adalah insang mereka, yang banyak dijual di Tiongkok, atau daging serta kulitnya yang juga dikonsumsi.

Dengan peraturan baru yang melarang penangkapan maupun perdagangan manta, yang harus disayangkan adalah, faktanya Indonesia masih kekurangan sumberdaya untuk memastikan aturan dipatuhi dan penegakannya terlaksana dengan mekanisme ketat.

Bagaimana dengan pariwisata manta? Sebuah studi di jurnal PLoS ONE memperkirakan bahwa ikan pari manta bisa memberikan sumbangan sektor wisata dunia sebesar US$140 juta (sekitar Rp1,33 triliun) per tahun.

Di Indonesia saja, besarnya bisa US$15 juta per tahun. Bayangkan!

Jumlah ini jauh lebih besar jika dibandingkan saat pari manta dibunuh, diambil insangnya demi pengobatan tradisional cina. Penghasilan nelayan dari menangkap pari manta diperkirakan hanya sekitar US$400.000 (Rp3,6 miliar) per tahun, sementara manta tersebut terus berkurang.

Namun persoalannya adalah, peralihan dari seorang nelayan ke pemandu tidak selalu sesederhana membalikkan telapak tangan.

Ada sejumlah desa yang mayoritas penduduknya menangkapi manta—dengan teknik perburuan tradisional yang sudah diturunkan selama beberapa generasi. Tidak mudah untuk mengubah tradisi semacam itu.

Oleh karena itu, pemberdayaan komunitas masyakarat bersifat sangat krusial.

Diperlukan keterlibatan langsung, dan salah satu kunci adalah tim konservasi di lapangan bekerja sama dengan tokoh masyarakat setempat dalam menyosialisasikan mata pencaharian alternatif pilihan kepada para nelayan yang biasanya berburu atau menangkapi spesies pari manta oseanik dan manta karang.

Serta mengedukasi penduduk secara lebih menyeluruh tentang keadaan lautan, dan nasib tak terelakkan buat industri dan desa-desa mereka jika mereka tak mampu menjaga keberlangsungan ekosistem laut.