Studi-studi terbaru kian memberikan bukti peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK) serta berkurangnya kesempatan untuk mengelak dari dampak terburuknya."Hasil secara keseluruhan penelitian ini agak suram," kata Steven J Davis, pakar iklim di Universitas California. Makalah yang ditulis Davis dan rekan-rekannya, terbit di jurnal Nature Climate Change, Minggu (21/9) lalu. "Kita berbicara banyak tentang mengerem laju emisi. Nyatanya? Kita mempercepat laju tersebut," ujarnya.Berdasarkan Global Carbon Budget terkini, secara global emisi GRK meningkat 2,3 persen pada tahun 2013 dibanding tahun sebelumnya. Data Global Carbon yang dihimpun oleh kelompok ilmuwan internasional ini merunut dan membuat perhitungan emisi global per tahun. Untuk tahun 2014, ditaksir akan naik 2,5 persen lagi; sehingga angka emisi sudah mencapai 65 persen lebih tinggi daripada emisi pada 1990 —yang dijadikan acuan tahun dalam Protokol Kyoto.Sementara itu, konsentrasi karbon dioksida di atmosfer kini telah melampaui 395 ppm pada 2013. Rekor yang cukup mengkhawatirkan. Sebagai perbandingan, konsentrasi karbon dioksida pada 1750, sebelum Revolusi Industri, 277 ppm.Studi lain yang dipublikasikan di Nature Geoscience oleh tim peneliti di bawah Pierre Friedlingstein dari Universitas Exeter-Inggris, meninjau adanya 3 negara yang menyumbang lonjakan emisi antara 2012-2013.Tiga negara tersebut yakni Tiongkok (sebesar 57 persen), AS (20 persen), India (17 persen). Jika dikalkulasikan, ketiga negara punya andil kenaikan emisi lebih dari 90 persen. Di samping itu, studi ini juga melaporkan pertumbuhan emisi karbon yang persisten.Para pimpinan negara dunia menghadiri UN Climate Summit di New York, mulai hari Selasa (23/9) ini.