Perubahan iklim merupakan tantangan pembangunan di masa yang akan datang. Kondisi yang amat rentan, bisa berimplikasi pada meningkatnya magnitud bencana hidrometeorologi dan kerusakan sumber daya alam yang berada di muka Bumi.
Saat ini perubahan iklim sudah memberikan sejumlah dampak yang juga mulai dirasakan para penduduk Bumi, di berbagai sektor dan wilayah.
Dalam sebuah studi tentang adaptasi perubahan iklim tahun 2013, Dr. Heru Santoso dari Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) membahas untaian dampak perubahan iklim.
Secara umum sektor yang terganggu akibat kenaikan suhu global 2 derajat celcius di atas suhu rata-rata global itu adalah air, ekosistem, pangan, kesehatan, dan area pesisir.
Baik pola distribusi maupun intensitas hujan, rata-rata suhu udara, frekuensi dan intensitas cuaca ekstrem, dan naiknya muka air laut dunia, mengalami perubahan—bervariasi di tiap-tiap wilayah.
Santoso menulis, dampak perubahan iklim yang dirasakan oleh manusia kebanyakan adalah dampak tidak langsung. Antara lain kekeringan, banjir, kebakaran hutan dan bencana iklim lainnya dalam skala regional hingga subregional.
Rantaian dampak yang mengikutinya berupa perubahan pada ekosistem atau jasa lingkungan: pengurangan keanekaragaman hayati, atau degradasi lingkungan, serta berpengaruh pada sistem sosial-ekonomi seperti kehilangan mata penghidupan. Singkat kata, semakin tinggi tingkat kompleksitasnya.
Dampak perubahan iklim itu dapat lebih parah apabila dipengaruhi faktor non-iklim seperti tuntutan pasar dan politis, selain faktor internal kondisi rentan.
Makalah pun mengulas beberapa model pendekatan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim.
Tipe pendekatan yang banyak dijelaskan dalam beberapa literatur terbagi menjadi tiga—yaitu pendekatan dampak (upaya mencari opsi adaptasi untuk mengurangi dampak); pendekatan risiko (mengkaji risiko di masa yang akan datang); dan pendekatan manusia/kerentanan (pembangunan kapasitas adaptif manusia, yang lebih berorientasi kesiagaan untuk menghadapi kejadian-kejadian bencana).
Pendekatan-pendekatan tersebut pada intinya saling melengkapi, dapat mengurangi risiko bencana dari iklim ekstrem serta meningkatkan ketahanan akan risiko. Maka adaptasi dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan yang secara bersamaan dan saling mendukung.