Berbicara di hadapan lebih dari 100 kepala negara yang bertemu di United Nations Climate Summit, Sekjen PBB Ban Ki-moon menggarisbawahi betapa mendesak untuk negara-negara berkontribusi secara adil dalam melindungi planet dari kehancuran akibat dampak pemanasan global.
Menghangatnya Bumi sudah tidak terbantahkan lagi. Studi-studi terbaru membuktikannya. (Baca: Studi Terbaru Gambarkan dengan Jelas Kenaikan Emisi Karbon Dunia)
Ban mengatakan, PBB mengadakan konvensi ini demi mendorong pemimpin bangsa agar menetapkan langkah lebih berani dalam menghambat emisi gas rumah kaca, stop deforestasi, serta menolong negara-negara miskin dalam bertahan dari bencana-bencana iklim yang kian parah.
Kesepakatan komunitas internasional dalam strategi menekan pemanasan global amat dinantikan. Negosiasi ini sudah berlangsung selama 22 tahun lebih.
"Tidak ada yang 'kebal' dari dampak perubahan iklim. Bahkan kantor PBB pun tidak, yang ikut terendam saat Superstorm Sandy," katanya.
Di satu sisi, perang strategi dilakukan oleh sejumlah negara. Presiden Perancis Francois Hollande mengumumkan bahwa negaranya akan menganggarkan US$1 miliar guna berinvestasi dalam energi terbarukan dan perlindungan dari sejumlah dampak mematikan perubahan iklim seperti bencana banjir dan serangan badai.
Amerika Serikat dilaporkan sudah mulai melangkah untuk mereduksi tingkat emisinya hingga 17 persen pada tahun 2020.
Presiden Obama mengatakan dirinya telah berbicara dengan para pemimpin Tiongkok. "Adalah tanggung jawab kami untuk memimpin, itu yang dilakukan bangsa besar," imbuh Obama. AS dan Tiongkok menjadi dua negara penyumbang emisi teratas.
Emisi karbon global saat ini mencapai peningkatan 2,3 persen pada 2013. 10 besar negara pengemisi berdasarkan Global Carbon Project:
- Tiongkok (29%)
- AS (15%)
- Uni Eropa (10%)
- India (7,1%)
- Rusia (5,3%)
- Jepang (3,7%)
- Jerman (2,2%)
- Korea Selatan (1,8%)
- Iran (1,8%)
- Arab Saudi (1,5%)