Hukuman penjara seumur hidup yang dijatuhkan pengadilan Tiongkok kepada Ilham Toti, akademisi moderat yang memperjuangkan hak-hak minoritas Uighur, mengundang kecaman banyak pihak, baik di dalam maupun luar negeri.
Namun Toti masih menyerukan perdamaian. "Perdamaian adalah pemberian dari surga bagi warga Uighur dan Han. Hanya dengan perdamaian dan kebaikan kita dapat ciptakan lingkungan yang lebih baik untuk semua," ujar Li Fangping, pengacara pakar ekonomi tersebut, Rabu (24/9).
Baca pula kisah kaum Uighur: Tibet yang Lain
Menurut Li, selama berada dalam tahanan, kliennya mengalami banyak tekanan. Antara lain dipaksa mengenakan rantai kaki 24 jam dan disatukan dalam sel bersama para kriminal pelaku pembunuhan dan pemerkosaan.
"Saya akan tetap berani dan tak pernah melemah," ucap Toti seperti dikutip pengacaranya.
Sehari sebelumnya, profesor ekonomi Universitas Minzu, Beijing itu dihukum penjara seumur hidup dengan tuduhan separatisme. Oleh jaksa, Toti dituduh mempromosikan kemerdekaan Uighur melalui jejaring dunia maya.
Tuduhan tersebut didasarkan pada bukti rekaman video Toti saat mengajar dan tulisan di situs web Uighur Online.
Di Amerika Serikat, Gedung Putih meminta Beijing bisa membedakan "perbedaan pendata secaara damai" dan "ekstremisme dengan kekerasan".
Uni Eropa, Inggris, dan Jerman juga menyerukan Toti dibebaskan tanpa syarat sesegera mungkin.