Tips Perjalanan ala Om H.O.K Tanzil

By , Kamis, 25 September 2014 | 17:04 WIB

Trik bepergian atau berperjalanan senantiasa mengalami pembaruan dan berkembang. Tetapi ada cara yang tetap relevan dari masa ke masa. Salah satunya, wacana yang didapat dari hasil percakapan saya dengan penulis perjalanan kenamaan, H.O.K Tanzil [lebih detail tentang profilnya, silakan klik di sini].

-    Memilih akomodasi kategori bed and breakfast atau hostel, bila tujuan utamanya hanya sekadar bermalam dan lebih banyak melakukan kegiatan luar ruang mulai pagi. Bisa menekan biaya.

-    Interaksi dengan warga setempat. Termasuk saat berada di bandar udara mendatangi pusat informasi untuk menanyakan tempat-tempat yang disukai orang lokal serta cara menuju lokasi dengan transportasi umum di kota atau negara itu.

-    Mengenakan busana batik [atau aksesori selendang batik dan tenun Nusantara] saat mendatangi acara-acara yang banyak dihadiri warga setempat. Bisa menjadi ice-breaking yang jitu.

Bangga mengenakan busana khas negeri kita. Simak penampilan Om Hok di depan Colosseum, Roma, dengan kopiah dan kemeja batik. (Repro dilakukan atas seizin keluarga H.O.K Tanzil). (R. Ukirsari Manggalani/National Geographic Traveler)

-    Let’s get lost. Bila memiliki hari libur yang memadai, tidak perlu menyusun jadwal ketat. Biarkan mengalir, karena akan mendapatkan pengalaman lebih banyak dibanding menengok beberapa tempat dalam waktu mepet atau terburu-buru.

-     Mencoba menghemat biaya transportasi dengan menempuh perjalanan darat sebanyak mungkin. Seperti yang dilakukan Om Hok—sapaan akrab H.O.K Tanzil—dengan membeli Volkswagen (VW) Combi untuk perjalanan keliling Eropa, lantas mobil ini dikapalkan ke Amerika Selatan dan di akhir perjalanan dijual [lihat foto utama pad artikel ini]. Total perjalanan bermobil di mana ia menyetir sendiri mencapai 180.050 kilometer. 

-    Bersikap ramah dan menunjukkan itikad ingin mengenal negeri yang didatangi secara lebih dekat, utamanya saat melintasi kawasan perbatasan.  Salah satu contoh yang diungkap Om Hok adalah membawa kumpulan beberapa kisah perjalanannya dan berkata, “Saya adalah travel writer yang ingin mewartakan keindahan negeri Anda.” Biasanya, “Wajah para petugas yang sangat serius pun bisa melunak dan menyunggingkan senyum. Saya pun minta dibolehkan mencatat nama mereka di buku harian saya, karena sudah memberikan bantuan dengan cepat dan tulus.”

-    Peduli aturan atau kearifan lokal. Om Hok mencontohkan perjalanannya ke Kutub Selatan. “Di sana, saat itu kami tidak boleh membawa kertas karena ditakutkan akan dimakan oleh penguin. Apalagi, mereka tidak takut kepada manusia.” Jadi, sikap menjaga alam dan budaya setempat adalah hal yang mesti dijunjung tinggi.

-    Membuat perjalanan lebih nyaman dengan meminimalkan bawaan serta mengutak-atik peranti sendiri. Kebiasaan Om Hok adalah membawa busana tidak lebih dari tiga pasang. “Satu dipakai, satu masih bersih, dan satu lagi segera dicuci begitu sudah tidak dipakai lagi.” Ia juga membawa koper dilengkapi roda untuk memudahkan bergerak. “Tetapi saat itu, roda koper yang kecil cepat aus, sehingga saya mengakali dengan cara menggantinya, pakai roda lebih besar tetapi mantap untuk digunakan orang yang sudah mulai memasuki masa tua,” jelas Kunadi Tanzil, putra Om Hok.  

- Kartu pos adalah oleh-oleh yang mudah dibawa, ringan, tidak memberatkan bagasi sekaligus memiliki unsur nostalgia tentang daerah yang dikunjungi.

* Salah satu kisah perjalanan H.O.K Tanzil, tentang Bolivia, ibu kota negara tertinggi di dunia, kami tampilkan di bagian pembuka Edisi Khusus National Geographic Traveler edisi Oktober 2014. Untuk mengetahui para penulis era kini yang menjadi bintang tamu di edisi ini, silakan klik di sini.