Mencari Senjata Ampuh Pengurangan Emisi

By , Jumat, 26 September 2014 | 13:20 WIB

Di Amerika Serikat, peningkatan penggunaan gas alam sebagai pembangkit listrik banyak diklaim telah mengurangi emisi karbon dioksida dalam beberapa tahun terakhir.

Namun studi pada tahun 2012 yang dilakukan beberapa peneliti di antaranya Ken Caldeira—seorang ilmuwan Stanford University's Carnegie Institution for Science— menyatakan gas alam hanya dapat mengurangi dampak pemanasan global sebesar 20 persen dibandingkan energi batubara, dalam kurun 100 tahun.

Caldeira lewat surat elektronik baru-baru ini kembali menegaskan, meski riset mereka melihat pada aspek fisik terkait energi dan perubahan iklim ini saja, namun mereka menganalisis lebih jauh pula mengenai aspek ekonominya.

Perluasan industri gas alam tidak terlalu membantu, kata kajian itu.

Steven Hamburg, kepala ilmuwan untuk organisasi nirlaba Environmental Defense Fund, yang mempromosikan pengembangan gas alam, mengatakan bahwa studi tersebut "mungkin mengajukan pertanyaan yang tepat", akan tetapi dia masih mempertanyakan sejumlah asumsi dalam studi. Termasuk soal pembakaran gas murah ini hanya membuat orang menggunakan lebih banyak energi, yang ditengarai menghapuskan tujuan awal pembatasan emisi.

Pada dasarnya Hamburg setuju bahwa AS harus beralih dari bahan bakar fosil. "Permintaan listrik sebenarnya telah berkurang belakangan ini karena sudah ada peningkatan efisiensi," katanya.

Studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Research Letters menemukan, bahwa antara 2013-2055, penggunaan gas alam dapat mengurangi emisi total dari sektor listrik tidak lebih dari sembilan persen, suatu pengurangan yang tak bermakna pada iklim.

Jadi, apa senjata efektif mengerem laju pemanasan global yang kian menggebu? Menurut Christine Shearer, peneliti di University of California, Irvine sekaligus salah satu penulis dari studi, "Jika kita ingin serius mengarah pada pengurangan emisi serta menghindari dampak terburuk perubahan iklim, kita benar-benar butuh melihat apa yang efektif." 

Langkah yang efektif, lanjutnya, adalah sebuah kebijakan yang kuat yang mendukung pengembangan energi terbarukan, serta "tak hanya bersandar pada pemanfaatan gas alam, dan menyangka itu menyelesaikan masalah."