Gajah Burma Bantu Kalahkan Jepang dalam PD II (1)

By , Minggu, 25 Januari 2015 | 10:25 WIB

James Howard "Billy" Williams, anak seorang insinyur pertambangan dari Cornwall, Inggris, tampaknya telah melangkah langsung dari laman The Jungle Book karya Rudyard Kipling.

Bekerja sebagai pengelola hutan dengan perusahaan jati kolonial Inggris di Burma, ia terpesona oleh kekuatan, kecerdasan, dan bahkan rasa humor gajah yang digunakan untuk mengangkut kayu. Pada 1942, ketika Jepang menyerbu Burma, Williams bergabung dengan unit Pasukan Khusus Inggris yang berfokus dalam perang gerilya. Jauh di dalam hutan, teman-teman gajahnya membangun jembatan, mengangkut logistic dan senjata. Terpojok oleh Jepang, mereka menghadapi ujian paling menakutkan: perjalanan menembus beberapa pegunungan ke India yang mengancam jiwa.  

Vicki Constantine Croke, penulis Elephant Company, berbicara tentang bagaimana Gajah Bill dan pasukannya dari hewan berkulit tebal itu mendaki tebing setinggi 90 meter, bagaimana industri penebangan kayu di zaman modern Myanmar membantu melestarikan gajah Asia, dan mengapa dia percaya bahwa gajah membuat kita menjadi orang yang lebih baik. James Howard "Billy" Williams adalah sosok yang menarik-dan dilupakan-sejarah. Apa yang menarik Anda untuk menceritakan kisahnya?

Bagi saya ini adalah soal gajah. Sebagai gadis kecil, saya mencintai The Jungle Book, saya mencintai cerita tentang orang-orang yang memiliki hubungan mendalam dan sejati dengan hewan, dan saya tidak berubah. Saya menulis tentang hewan, dan datang dengan sebuah buku tentang gajah dari University of Chicago Press. Di dalamnya ada sebuah ilustrasi hitam-putih kecil, menunjukkan seorang pria duduk di atas gajah, tinggi di atas tebing yang menghadap lembah. Caption mengatakan: "JH Williams, membantu pengungsi melarikan diri dari Burma dalam Perang Dunia II."

Saya sangat tertarik, jadi saya mulai melakukan penelitian. Dia telah menulis beberapa memoar, dan istrinya menulis sebuah memoar. Jadi saya bisa mencari tahu banyak tentang dia segera. Saya segera menyukainya, dan apa yang saya sukai tentang dia adalah hubungannya dengan gajah. Dia mengatakan hubungan antara manusia dan gajah adalah sembilan per sepuluh cinta.