Gajah Burma Bantu Kalahkan Jepang dalam PD II (2)

By , Minggu, 25 Januari 2015 | 10:27 WIB

Vicki Constantine Croke, penulis Elephant Company, berbicara tentang bagaimana Gajah Bill, yang dipawangi James Howard "Billy" Williams, anak seorang insinyur pertambangan dari Cornwall, Inggris, dan pasukan bergajah percaya bahwa gajah membuat kita menjadi orang yang lebih baik, berselera humor dan penuh cinta.

Beritahu kami sedikit tentang ceritanya.

Saya selalu tertarik pada apa yang membentuk seseorang. Dari waktu ia masih kecil, ia berkata, "Cara saya selalu merupakan cara hewan." Yang unik adalah bahwa ia tidak hanya mencintai mereka. Ia ingin melihat dunia melalui mata mereka, yang selalu menjadi tujuannya. Itulah cinta sejati: Bila Anda ingin melihat pandangan orang atau hewan yang Anda cintai.

Ia dibesarkan di Cornwall, di Inggris, dan selalu ingin tahu tentang hewan liar. Dengan mengamati wrens (burung kecil penyanyi), misalnya, ia bisa mengatakan di mana mereka akan bersarang. Ia mengerti apa yang mereka cari di sarang. Ia bisa meletakkan jari-jarinya ke dalam rumput dan merasakan sarang kecil dengan telur di dalamnya hanya dari intuisi di mana mereka akan bersarang.

Ia berada di Perang Dunia I, berdinas di Timur Tengah dan Afghanistan. Ia hampir tidak pernah berbicara tentang perang, meskipun jelas ia sangat terpengaruh olehnya. Jalan keluarnya adalah pergi jauh dari Inggris dan peradaban Barat yang ia bisa. Jadi pada 1920 ia menerima pekerjaan dengan Bombay Burma Trading Corporation, sebagai salah satu asisten bidang kehutanan.

Ia akan pergi dari satu kamp gajah ke kamp gajah lain. Ia menjadi benar-benar dokter gajah dan pelatih gajah berbakat. Gajah menjadi misi hidupnya. Pada saat ia meninggalkan Burma, ia tahu seribu gajah dengan namanya masing-masing-sesuatu yang membuat saya benar-benar iri. Pahlawan dari kisah ini adalah megah Bandoola. Perkenalkan pada kami.

Bandoola adalah pahlawan besar, dan saya jatuh cinta padanya. Ia adalah gajah Asia yang seusia sama persis dengan Billy Williams. Saya menganggap mereka kembar: satu gajah, satu manusia. Bandoola tingginya 2,7 meter. Kulitnya tidak hanya abu-abu; tapi juga ungu lavender, dan memiliki bintik-bintik merah muda di telinga, belalai dan pipinya. Taring nya seperti lengan gadis penari Burma. Jadi ia memiliki penampilan gagah.

Bandoola juga berbeda dari semua gajah lainnya. Yang lain sudah dilatih dengan menghancurkan mereka. Bandoola telah dilatih oleh mahout (pawang) induk bernama Po Toke dalam cara yang sangat berbeda. Dari waktu masih seekor gajah muda, ia diperlakukan lembut, bukan dikasari oleh Po Toke.

Itu berarti bahwa ketika Billy Williams bertemu dengannya, Bandoola tidak punya bekas luka. Gajah itu sangat cerdas; mereka memiliki kecanggihan sosial yang besar, dan Bandoola adalah gajah yang bijaksana. Dia juga memiliki rasa humor, sesuatu yang penting bagi Billy Williams.

Salah satu cerita yang orang selalu tuturkan adalah bahwa ia akan membawa kayu-kayu besar sampai ke sungai. Tapi saat ia sampai di tepi sungai, bukan hanya melemparkan kayu, kadang-kadang ia akan berpura-pura bahwa ia tidak bisa mendorongnya lebih jauh. Dia akan berpantomim menggunakan seluruh kekuatannya, sementara tidak bisa memindahkannya sedikit pun.

Oozie atau penunggangnya, akan mengatakan: Ayo, Bandoola! Aku tahu kau bisa melakukannya! Berhenti bermain-main; buang baloknya!

Jadi, ketika Bandoola baik dan siap, ia akan mengibaskan balok dengan belalainya, seperti ranting. Mereka yang kenal Bandoola bersumpah mereka bisa melihat ia tertawa setelah melakukannya. Dan yang telah berada di sekitar gajah tahu, mereka memiliki rasa humor, dan Anda dapat melihat di mata mereka, ekspresi wajah mereka ketika mereka berpikir bahwa ada sesuatu yang lucu.