Penurunan populasi satwa di seluruh dunia menunjukkan kondisi lebih buruk dari yang semula diperkirakan, sebut Komunitas Satwa London (ZSL).
Merujuk laporan Living Planet Index yang melacak lebih dari 10.000 spesies vertebrata sejak 1970, ZSL mengatakan populasi satwa dunia rata-rata menyusut 52 persen sejak 1970. Populasi spesies air tawar bahkan merosot sampai 76 persen. Persentase itu lebih tinggi jika dibandingkan dengan laporan dua tahun lalu yang menyebutkan populasi satwa dunia menyusut hanya 30 persen.
“Setelah menerapkan metode baru, kami menemukan bahwa beragam hal memburuk dari yang semula kami perkirakan. Jelas kami tengah menyaksikan tren penyusutan populasi spesies secara jangka panjang,” kata juru bicara ZSL kepada BBC.
Laporan ZSL sejalan dengan data lembaga perlindungan satwa, WWF. Menurut lembaga tersebut, kenyataan bahwa manusia sanggup menebang pohon lebih cepat dari kemampuan menumbuhkan pohon baru, menjaring ikan lebih banyak dari membiakkan, dan memompa air lebih banyak dari sungai memperparah kondisi ekosistem.
Di antara wilayah-wilayah yang penyusutan populasi satwanya paling parah terdapat Ghana. Jumlah singa di satu cagar alam, misalnya, merosot 90 persen dalam kurun 40 tahun. Di Afrika Barat, penebangan pohon mengakibatkan populasi gajah menurun 6 persen sampai 7 persen.
Kemudian di Nepal, perburuan mengakibatkan populasi harimau merosot 100.000 ekor. Kini, harimau di negara itu hanya tersisa 3.000 ekor.