Takhta Para Dewa Gunung

By , Jumat, 17 Oktober 2014 | 20:13 WIB

Sejenak, saya teringat kembali kenapa saya berada di tempat ini, dan banyak hal yang menguji niatan saya untuk mewujudkan keinginan melihat sosok gunung yang videonya sudah saya tonton sekitar 18 tahun silam.

Film berjudul K2 saya tonton bersama beberapa kawan sepulang mendaki Gunung Rinjani, semasa mahasiswa. Film itulah yang telah menginspirasi saya.

Medan yang kami lalui mengikuti alur jalan setapak, tidak lagi berbatu-batu besar seperti pada etape terdahulu, namun naik-turun dan disertai tiupan angin yang sangat kencang. Etape ini sangat menguras tenaga.

Perlahan tapi pasti, awan tebal mulai bergerak menyelimuti Concordia. Tampak di kejauhan pos tentara perbatasan yang tersamar membentuk suatu bukit kecil dengan tenda berwarna putih membentuk setengah bola.

"Pak Lucky... Lekas bangun kalau Anda mau melihat K2!" demikian beberapa kali Sjaiful, pimpinan pemandu kami, berteriak dari depan tenda. "Cepat sebelum dia tertutup awan!" serunya lagi.

Meski masih sangat mengantuk, saya segera bangun dan membangunkan Haeni dan Indra, supaya mereka juga berkesempatan menyaksikan momen ini. Saya ambil kamera yang selalu saya letakkan di sebelah saya dan kantung tidur, dan membuka resleting tenda.

Film itulah yang telah menginspirasi saya.

Dan tampaklah pemandangan yang menakjubkan itu dari dalam tenda, benar-benar tepat di hadapan saya.

K2, gunung yang menjulang setinggi 8.611 meter dari permukaan laut, sangat memukau, indah, dan begitu kokoh.

Sejenak saya tertegun, dan bersyukur dapat menyaksikan keindahan ciptaanNya. Saya mencoba membidik mengambil gambar, namun weather windows yang tersedia bagi kami memang sangat sempit, tidak sampai sepuluh menit, dari sejak saya tertegun tadi.

K2 yang gagah tetapi pemalu itu cepat-cepat menyelimuti dirinya dengan awan, dan tidak pernah mau menampakkan dirinya lagi.

Concordia merupakan suatu confluence (pertemuan) antara gletser Baltoro, gletser Godwin-Austen, gletser Vigne, dan gletser Upper Baltoro. Nama Concordia diadopsi dari nama sebuah alun-alun di Kota Paris, Place de la Concorde.

Almarhum fotografer Galen Rowell menyebut Concordia sebagai "The throne room of the mountaain gods".

Setelah berdiskusi dan mempertimbangkan cuaca yang semakin memburuk, kami pun memutuskan tidak melanjutkan dan memilih kembali ke Askole.

Suatu ketika saya pasti akan kembali mengunjungi tempat para dewa bertakhta ini.     (Lucky Esa)