Kepala Seksi Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan Kabupaten Tasikmalaya Apep Saepulrahmat mengatakan, sapi sampah bisa dikenali dari fisiknya, yakni perut yang buncit.
Menurut Apep, sapi sampah memiliki perut buncit karena dipenuhi pakan sampah yang tidak bisa dicerna. "Kami minta masyarakat lebih paham akan sapi yang berpakan sampah dan lebih waspada. Biasanya, ciri yang paling gampang diketahui adalah perut yang lebih buncit,” ujar Apep, Kamis (2/10).
Baru sebagian masyarakat yang mengetahui adanya sapi sampah beredar diperjualbelikan.
Apep juga menjelaskan, jika sapi sampah dipotong, maka di perutnya sering ditemukan makanan yang tidak bisa dicerna, seperti bahan plastik dan metal. Ciri lainnya adalah bau menyengat dari perut sapi yang sudah dipotong.
Menurut Apep, pemahaman masyarakat akan bahaya sapi sampah tersebut dinilai perlu segera disosialisasikan.
Terlebih lagi, dalam waktu dekat ini, masyarakat menghadapi perayaan Idul Adha atau Hari Raya Kurban. Kebanyakan hewan yang dikurbankan adalah sapi.
"Saya rasa, pemahaman masyarakat tentang sapi sampah saat ini masih kurang. Sementara itu, sebentar lagi mau kurban. Masyarakat saat ini baru sebagian yang mengetahui adanya sapi sampah beredar untuk diperjualbelikan," tandas Apep.
Meski demikian, pihaknya selalu memeriksa hewan kurban sapi yang masuk dan keluar di pasar hewan, ataupun sapi-sapi yang diperjualbelikan di pinggir jalan.
"Salah satu manfaat kita melakukan pemeriksaan di para pedagang sapi adalah untuk mengetahui asal-muasal sapi, selain jenis penyakit berbahaya,” ungkap dia.
Sapi sampah masih banyak diternak oleh warga di sekitar kawasan tempat pembuangan sampai akhir (TPA) Ciangir, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya. Bahkan, sapi sampah tersebut diakui masih ada yang dijual sebagai hewan kurban untuk Idul Adha tahun ini.