Peneliti kealutan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Widjo Kongko, meminta agar data hasil uji kelayakan giant sea wall serta data lebih detail tentang laju penurunan tanah di Jakarta dibuka kepada kalangan ilmuwan.Widjo mengungkapkan bahwa data tersebut bermanfaat sehingga kalangan ilmuwan bisa memberikan rekomendasi terkait rencana pembangunan tanggul raksasa yang dikatakan untuk mengatasi rob."Terutama data hasil kajian tim Belanda," kata Widjo. Data laju penurunan tanah dan lainnya dinyatakan dimiliki oleh pihak Kementerian Koordinator Perekonomian. "Tapi sampai sekarang juga belum di-share," imbuhnya.Dihubungi Kompas.com, Senin (6/10), Widjo mengungkapkan bahwa untuk bisa memberikan rekomendasi, kalangan ilmuwan membutuhkan data detail. Data akan membantu kalangan ilmuwan melakukan pengkajian risiko dan menentukan alternatif solusi.Sebelumnya, Widjo mengungkapkan bahwa pembangunan giant sea wall berpotensi merugikan dan sia-sia. Pembangunan tanggul tak bakal mengatasi banjir namun justru menurunkan kualitas air, meningkatkan muka air laut, dan merusak lingkungan.Pemodelan yang dilakukan Widjo menunjukkan, pembangunan tanggul menaikkan muka air laut setinggi 0,5 - 1 meter selama 14 hari pada dua skenario dua musim ekstrem. Kualitas air menurun, ditandai dengan kenaikan biological oxygen demand (BOD) lebih dari 100 persen, penurunan dissolved oxygen (DO) lebih dari 20 persen, dan penurunan salinitas air lebih dari 3 persen.Widjo menilai, pembangunan giant sea wall untuk mengatasi banjir rob salah kaprah. Masalahnya, banjir rob Jakarta lebih disebabkan oleh penurunan tanah akibat eksploitasi air berlebihan.